Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tari Maengket merupakan tari tradisional suku Minahasa di Sulawesi Utara.
Pada awalnya Tari Maengket adalah tarian ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang baik.
Seiring perkembangannya, tarian ini tidak hanya ditarikan saat panen, tetapi juga saat acara lainnya, seperti pesta pernikahan, festival seni tari, dan lainnya.
Tarian ini biasanya dilakukan secara massal (penari dengan jumlah yang banyak), baik penari pria maupun penari wanita.
Adapun kata maengket berasal dari tradisi budaya gotong royong di Minahasa dalam kegiatan sehari-hari, terutama saat bercocok tanam.
Seiring berkembangnya zaman, maengket diartikan sebagai seni bernyanyi sambil menari dengan mengungkapkan sastra daerah yang dilakukan oleh sekelompok orang.
Tari Maengket terdiri dari tiga babak, yaitu
• Maowey Kamberu, dilaksanakan pada saat upacara pengucapan rasa syukur karena hasil panen yang berlimpah. Biasanya dilaksanakan di lapangan dengan syair dan irama puji-pujian kepada Tuhan;
• Rumambak, ditarikan pada saat warga Minahasa akan menempati rumah baru. Dilaksanakan di halaman rumah tersebut;
• Lalayaan, berfungsi sebagai hiburan. Lalayaan menceritakan seorang laki-laki yang merayu perempuan dengan meletakkan lenso (sapu tangan) di atas bahu penari perempuan.
Baca: Tari Piso Surit
Sejarah #
Tari Maengket sudah ada sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian, terutama menanam padi di ladang.
Dahulu kala, Tari Maengket ini ditampilkan untuk memeriahkan upacara panen raya.
Hal tersebut sebagai ungkapan rasa syukur dan gembira kepada Tuhan atas hasil panen yang mereka dapatkan.
Pada zaman dahulu gerakan Tari Maengket ini masih menggunakan gerakan-gerakan yang sederhana.
Saat ini Tari Maengket sudah berkembang baik dalam segi tarian dan bentuk pertunjukan, tetapi tidak meninggalkan keasliannya.
Selain itu, tarian ini tidak hanya ditampilkan saat acara panen padi saja, tetapi juga ditampilkan dalam berbagai acara, seperti acara adat, acara penyambutan, pertunjukan seni, festival budaya, dan bahkan menjadi salah satu daya tarik wisata bagi para wisatawan yang datang ke sana.
Baca: Tari Bosara
Gerakan #
Gerakan Tari Maengket cenderung gemulai dengan kaki yang berjinjit-jinjit.
Gerakan tarian ini sederhana dan dilakukan berpasang-pasangan namun tetap serentak.
Satu-satunya yang gerakannya berbeda hanyalah kapel (pemimpin tarian) yang terlihat mencolok dengan busana yang cukup berbeda pula.
Baca: Tari Gong
Baca: Tari Rangguk
Busana #
Busana yang digunakan penari saat membawakan Tari Maengket adalah pakaian adat.
Perempuan menggunakan busana berupa atasan kebaya putih berhias renda dan bawahan kain panjang khas Sulawesi Utara dengan kepala dipasangi konde dan hiasan.
Penari laki-laki berbusana baju lengan panjang model baniang, celana panjang, dan ikat kepala bermotif gunung.
Semua penari, kapel (pemimpin), dan pengiring musik tidak menggunakan alas kaki ketika menampilkan tarian ini. Properti dalam tarian ini adalah sapu tangan yang dipegang oleh masing-masing penari.
Baca: Tari Bedana
Pertunjukan #
Pengiring untuk Tari Maengket menggunakan gendang (tambor) sebagai alat musik pengiringnya.
Tambor yang digunakan berukuran besar dan juga sedang.
Seiring perkembangan zaman, alat musik pengiring tarian ini telah bertambah, misalnya gong dan tetengkoren (alat komunikasi orang Minahasa zaman dulu yang terbuat dari bambu).
Lagu yang digunakan dalam mengiringi tarian ini adalah syair yang dinyanyikan oleh para penarinya sendiri.
Syair itu mengungkapkan atau menceritakan tiga babak dalam tarian yang telah dibahas di atas sebelumnya.
Syair yang digunakan tidak hanya terpaku pada satu syair.
Bahasa yang digunakan pun beragam karena pada dasarnya suku Minahasa adalah satu kesatuan yang berasal dari beberapa etnis yang mendiami daerah Sulawesi Utara.
Pencipta syair yang digunakan dalam tari tradisional ini antara lain Johanis Posumah, Jan Rumagit, dan Samuel Assa.
Baca: Tari Remo
(TribunnewsWiki.com/Rakli)
| Nama | Tari Maengket |
|---|
| Klasifikasi | Tari tradisional |
|---|
| Asal | Sulawesi Utara |
|---|