TRIBUNNEWSWIKI.COM - Militer Myanmar mengkudeta pemerintahan Aung San Suu Kyi, Senin (1/2/2021).
Pergolakan kekuasaan tersebut memunculkan ketakutan bagi etnis Rohingya.
Pasalnya, sebelumnya ribuan pria, wanita, dan anak-anak Muslim Rohingnnya dibunuh, dilempar ke dalam api dan diperkosa oleh pasukan militer di negara itu.
Para pengungsi di Bangladesh, menentang kudeta itu.
Mereka khawatir akan keselamatan orang yang mereka cintai, sebagaimana diberitakan Tribunnews, Sabtu (7/2/2021).
“Kami khawatir Tatmadaw (tentara Myanmar) akan melancarkan operasi lagi," kata Muhammad Ansar (35), salah satu dari lebih dari 750.000 Rohingya yang melarikan diri dari negaranya.
"Kami tidak bisa menghubungi kerabat kami di Rakhine karena jaringan seluler sering terganggu. Kami dengar militer mungkin akan melancarkan tindakan keras baru. Saya khawatir," kata Jumalida Begum (36).
Rahmat Karim (57), mengatakan, semua harapan untuk kembali ke tanah air telah hancur setelah militer mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari. "Sepertinya sangat tidak mungkin sekarang," ujar dia.
Pengungsi Rohingnya di Banglaeds Direlokasi ke Pulau Terpencil
Di sisi lain, kondisi pengungsi Rohingya di Bangladesh juga tak menentu.
Pemerintah Bangladesh telah mengirim pengungsi Muslim Rohingya ke pulau-pulau terpencil di Teluk Benggala.
Lebih dari 1400 pengungsi berlayar ke pulau Bhasan Char, kelompok keempat dikirim ke pulau itu.
Total, Pemerintah Bangladesh berencana untuk memindahkan 100.000 Rohingya ke sana.
Dilansir Press TV, Bangladesh juga bertujuan untuk menghentikan kamp pengungsian di Cox's Bazar, yang menampung sekitar 1 juta orang Rohingya.
Relokasi dimulai pada bulan Desember dan telah dikecam oleh kelompok hak asasi manusia yang mengatakan bahwa banyak pengungsi dipaksa untuk pindah di luar keinginan mereka.
Pemerintah Bangladesh mengatakan relokasi itu bersifat sukarela.
Tetapi banyak pengungsi yang menyebut perpindahan itu sebagai pemaksaan.
Organisasi hak asasi manusia mengatakan pemerintah Bangladesh menggunakan insentif tunai, serta taktik intimidasi, untuk memaksa Rohingya menerima tawaran relokasi.
Pihak berwenang Bangladesh mengatakan relokasi itu penting untuk memastikan kondisi kehidupan yang lebih baik bagi para pengungsi, dan untuk memperbaiki kamp-kamp di Cox's Bazar.
“Faktanya, Bangladesh dan India termasuk di antara negara-negara yang sejak awal menentang masuknya pengungsi ini," kata Massoud Shadjareh, dari Islamic Human Rights Komisi, London.
Baca: Warga Rohingya di Aceh Kabur ke Malaysia, Tinggalkan Kamp Penampungan Sementara
Baca: UNHCR Apresiasi Masyarakat Aceh Karena Selamatkan 300 Pengungsi Rohingya