UNHCR Apresiasi Masyarakat Aceh Karena Selamatkan 300 Pengungsi Rohingya

Masyarakat Aceh diketahui telah menyelamatkan pengungsi Rohingya yang terombang ambing di pantai hingga ke Pantai Utara Aceh.


zoom-inlihat foto
migran-diselamatkan-sebagian-besar-rohingya-dari-myanmar-dan-bangladesh-2.jpg
AFP PHOTO / ROMEO GACAD
Migran diselamatkan sebagian besar Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh tidur di balai desa di kota nelayan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara pada 16 Mei 2015 setelah 95 diselamatkan oleh nelayan lokal Indonesia dari laut lepas Pangkalan Susu. AFP PHOTO / ROMEO GACAD


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Komisi Tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) memberikan apresiasi kepada masyarakat Aceh karena telah menyelamatkan para pengungsi Rohingya.

Masyarakat Aceh diketahui telah menyelamatkan pengungsi Rohingya yang terombang ambing di pantai hingga ke Pantai Utara Aceh.

“UNHCR, Badan Pengungsi PBB, menyambut baik atas penyelamatan sekitar 300 pengungsi Rohingya di pantai utara Aceh, Indonesia pada Senin (7/9/2020),” kata sebuah pernyataan UNHCR, dikutip dari situsnya unhcr.org, Kamis (10/9/2020).

“Mereka bertahan sekitar tujuh bulan di laut dalam kondisi putus asa, membutuhkan perhatian medis,” ujarnya.

Baca: Kenalan di Facebook, Motor Dua Remaja Ini Dibawa Kabur Pria yang Mengaku Polisi di Aceh

UNHCR meyebutkan, di antara kelompok itu, mayoritas dari mereka merupakan perempuan dan anak-anak.

“Lebih dari 30 orang diperkirakan tewas dalam perjalanan di tengah laut,”sambungnya.

Dalam pernyataan itu, UNHCR mengatakan, sekitar 330 pengungsi Rohingya diketahui telah memulai perjalanan di Cox's Bazar, Bangladesh, pada bulan Februari 2020.

ILUSTRASI - Sekelompok migran diselamatkan, sebagian besar Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh, mengangkat tangan mereka saat tiba di daerah kurungan baru di kota nelayan Kuala Langsa di Aceh pada 15 Mei 2015. Lebih dari 750 Rohingya dan migran Bangladesh diselamatkan pada tanggal 15 Mei. AFP PHOTO / Chaideer MAHYUDDIN
ILUSTRASI - Sekelompok migran diselamatkan, sebagian besar Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh, mengangkat tangan mereka saat tiba di daerah kurungan baru di kota nelayan Kuala Langsa di Aceh pada 15 Mei 2015. Lebih dari 750 Rohingya dan migran Bangladesh diselamatkan pada tanggal 15 Mei. AFP PHOTO / Chaideer MAHYUDDIN (AFP PHOTO / Chaideer MAHYUDDIN)

“Mereka diberi cobaan yang berat, di mana sejumlah negara-negara enggan menerima mereka selama lebih dari enam bulan terakhir,” katanya.

Demikian pula, Proses Bali (forum yang berkaitan dengan penyelundupan dan perdagangan manusia) telah gagal memberikan tindakan regional yang komprehensif untuk menyelamatkan nyawa melalui penyelamatan dan pendaratan.

“Penungsi Rohingya tersebut telah berulang kali mencoba turun selama lebih dari 200 hari di laut, tetapi tidak berhasil. Pengungsi telah melaporkan bahwa puluhan orang meninggal sepanjang perjalanan,” ujar pernyataan itu.

UNHCR dan lainnya telah berulang kali memperingatkan konsekuensi yang mengerikan jika pengungsi di laut tidak diizinkan untuk mendarat dengan cara yang aman dan bijaksana.

“Pada akhirnya, kelambanan selama enam bulan terakhir berakibat fatal,” tuturnya.

Baca: Kembali Masuk Islam Tanpa Paksaan, Ini Cerita Keluarga di Aceh yang Sempat Pindah Agama

Staf UNHCR di Aceh mendukung pemerintah daerah untuk menilai kebutuhan para pengungsi.

“Prioritas utama adalah memberikan pertolongan pertama dan perawatan medis sesuai kebutuhan. Semua akan diuji Covid-19 sesuai dengan standar ukuran kesehatan di Indonesia untuk semua dari mereka,” sambungnya.

Respons yang komprehensif dan adil tentu membutuhkan pembagian tanggung jawab dan upaya konkret di seluruh Asia Tenggara.

"Sehingga negara-negara ASEAN yang mengizinkan untuk membawa turun mereka yang dalam kesulitan ke darat, tidak membawa beban yang tidak proporsional," tutup pernyataan itu

Sebelumnya, para pengungsi Rohingya ini menaiki sebuah kapal kayu dan telah mendarat di kawasan pinggir pantai Ujong Blang, sekira pukul 01,00 WIB Senin (7/9/2020) dini hari.

Warga imigran ini berjumlah 295 orang.

Terdiri dari pria dewasa berjumlah 100 orang, anak-anak berjumlah 14 orang, dan wanita dewasa berjumlah 181 orang.

Amatan Serambinews.com, pukul 9.30 WIB, Senin (7/9/2020), para imigran ini sebagian merebahkan diri karena kelelahan. Sebagian lagi dalam posisi duduk.

Baca: Empat Orang Penggali Kubur Temukan Uang Kuno Kerajaan Inggris Keluaran 1873 di Aceh





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved