Perlawanan TikTok terhadap Trump
Aplikasi sosial media yang sedang naik daun, TikTok dalam beberapa bulan terakhir menghadapi tekanan berat dari Amerika Serikat (AS).
Sosial media TikTok yang dikembangkan oleh perusahaan China, ByteDance ini beberapa kali kerap mendapat "bullying" dari negeri paman Sam, terutama oleh Presiden Donald Trump.
Tindakan "bully" tersebut berupa tuduhan dan amarah Presiden Donald Trump berdasarkan pada pernyataannya bahwa TikTok telah melakukan pencurian data penggunanya yang berasal dari Amerika Serikat dan membahayak keamanan nasional.
Bahkan, TikTok pun "dipaksa" untuk menyerahkan diri beberapa saham perusahaannya agar dibeli oleh perusahaan Amerika Serikat, jika tidak ingin mendapat perlakuan yang lebih buruk dari sekedar diblokir di negara tersebut.
Baca: Rutin Jadi Korban Bully Kebijakan Presiden Donald Trump, TikTok Mulai Serang Balik Amerika Serikat
Baca: Tak hanya TikTok, Donald Trump Pertimbangkan Larang Perusahaan China Lainnya, Alibaba Termasuk?
Namun, TikTok ternyata tidak tinggal diam terhadap apa yang diperbuat oleh Donald Trump.
TikTok pada Senin (17/8/2020) mengeluarkan pembelaan terbarunya atas tuduhan yang terus diarahkan Amerika Serikat bahwa aplikasi itu membahayakan keamanan nasional.
TikTok mengecam yang dilakukan AS itu adalah "rumor dan informasi yang salah" tentang hubungan mereka dengan Pemerintah China.
Aplikasi berbasis video unggahan itu baru saja meluncurkan pusat informasi online, ketika perusahaan induknya di China berhadapan dengan tenggat waktu yang ditetapkan Presiden Donald Trump.
Presiden dari Partai Republik tersebut mendesak divestasi TikTok, dan apabila TikTok menolaknya aplikasi itu akan dilarang di "Negeri Paman Sam".
Pada laman web berjudul "The Last Sunny Corner of The Internet", TikTok menyatakan, mereka tidak pernah aneh-aneh.
"TikTok tidak pernah memberikan data pengguna AS ke Pemerintah China, juga tidak akan melakukannya jika diminta," kata perusahaan aplikasi itu dalam unggahannya.
"Setiap sindirannya bertentangan, tidak berdasar, dan benar-benar salah," lanjut bunyi keterangan itu yang dikutip AFP, Selasa (18/8/2020).
TikTok melanjutkan, data pengguna AS disimpan di negara itu dan cadangannya ada di Singapura.
Aplikasi yang dimiliki ByteDance yang berbasis di China itu juga meluncurkan akun Twitter @tiktok_comms untuk membantu menyelesaikan masalah secara cepat.
Saat ketegangan meningkat antara AS dan China, Trump mengklaim TikTok dapat digunakan oleh China untuk melacak lokasi karyawan federal, membuat dokumen untuk memeras orang, dan melakukan spionase perusahaan. Suami Melania Trump itu juga memerintahkan pelarangan pada aplikasi perpesanan WeChat yang banyak dipakai di China.
Pada Jumat (14/8/2020), Trump menandatangani perintah eksekutif secara terpisah bagi ByteDance untuk menjual sahamnya ke Musical.ly.
Aplikasi itu dibeli ByteDance dan dilebur menjadi TikTok pada 2017.
TikTok mengatakan, tindakan AS itu "berisiko merusak kepercayaan bisnis global pada komitmen AS terhadap supremasi hukum, yang telah menjadi magnet bagi investasi dan memacu pertumbuhan ekonomi Amerika selama beberapa dekade."
Lebih lanjut TikTok juga menegaskan, mereka akan "mengupayakan semua pemulihan yang tersedia untuk memastikan aturan hukum tidak diabaikan."
Baca: TikTok Diblokir Trump dan Siap Dibeli Microsoft, Bill Gates Justru Khawatirkan Persaingan Tak Sehat
Baca: Ikuti Langkah Amerika Serikat, Negara Uni Eropa Mulai Investigasi Data TikTok