Aneka Ikat Bunga Menancap di Makam Korban Serangan Masjid di Christchurch Selandia Baru

Mulai dari merah, kuning, kuning, hingga putih, beberapa ikat bunga menghiasi sepinya Memorial Park Cemetery


zoom-inlihat foto
bunga-di-memorial-park-cemetery-6.jpg
Sanka VIDANAGAMA / AFP
FOTO: Terlihat beberapa ikat bunga menancap di makam korban serangan masjid di Christchurch, Selandia Baru. Sidang vonis Brenton Tarrant berlangsung 4 hari sejak Senin (24/8/2020).


Ia mengungsi lantaran rumahnya dibom dan sebagian besar keluarganya tewas.

"Saya dan ibu selamat ... (sedangkan) ayah saya meninggal tidak lama setelah pemboman", katanya di pengadilan.

"Selandia Baru adalah tempat yang aman bagi saya," ungkapnya.

Kamran dan Sahabatnya

Sebagai informasi, setelah pindah ke Selandia Baru, Kamran masih menemui masalah besar dalam hidupnya.

Gempa tahun 2011 membuat hancur rumahnya.

Baca: Imam Masjid Al Noor, Gamal Fouda di Hadapan Terdakwa Brenton Tarrant: Kau itu Sesat dan Salah Arah

Gamal Fouda (kanan), Imam masjid Al Noor, tiba di luar gedung Pengadilan Tinggi Christchurch, dalam sidang pengadilan tinggi pembacaan vonis atas terdakwa pria Australia Brenton Tarrant di Christchurch pada 24 Agustus 2020 yang akan berlangsung selama empat hari.
Gamal Fouda (kanan), Imam masjid Al Noor, tiba di luar gedung Pengadilan Tinggi Christchurch, dalam sidang pengadilan tinggi pembacaan vonis atas terdakwa pria Australia Brenton Tarrant di Christchurch pada 24 Agustus 2020 yang akan berlangsung selama empat hari. (Sanka VIDANAGAMA / AFP)

Namun, dirinya selamat dan harus tinggal di dalam mobilnya selama beberapa bulan.

Persahabatannya dengan sesama pengungsi Afghanistan, Matiullah Safi turut membantu hidupnya.

Menurut Kamran, sahabat adalah teman baik, seperti saudara sendiri.

"Kami bertemu setiap hari Jumat .. dia, (dan) di hari itu, mati syahid", ungkapnya.

Kamran mengaku mendengar tembakan dan melihat sahabatnya jatuh.

"Ketika saya lihat Matiullah tertembak, saya pergi ke pintu utama ... ada banyak tembakan di mana-mana ... saya sampai harus melompati orang tua," katanya.

Baca: Pengadilan Tinggi Gelar Persidangan Brenton Tarrant, Pelaku Penembakkan Masjid di Selandia Baru

Darah yang mengucur di kakinya yang terkena empat kali tembakan membuatnya terus berlari menyelamatkan diri.

"Ada banyak darah di kaki, saya sangat takut," ungkapnya, dilansir New Zealand Herald, Senin (24/8/2020).

Takut Masuk Masjid

Kamran mengaku dirinya trauma masuk masjid.

Ketakutannya hadir setiap saat, sepanjang waktu.

"Itu terlalu sulit untukku .. karena sahabatku ditembak mati didepanku," ungkapnya.

"Ada kenangan buruk di hari itu. Saya memakai tongkat (untuk berjalan) .. Masih ada ribuan pecahan peluru di tubuh saya," jelasnya.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved