TRIBUNNEWSWIKI.COM - Unggahan mengenai tagihan listrik seorang warga Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sempat viral di media sosial.
Lewat akun Twitter @ummudaardaa, pengguna daya listrik 900 watt itu heran tagihannya mencapai Rp 19 juta.
Merespon hal tersebut, Kementerian ESDM memastikan permasalahan yang dikeluhkan pelanggan tersebut sudah diselesaikan.
Direktur Bisnis dan Usaha Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi, mengatakan, PLN telah melakukan penghitungan ulang terhadap tagihan pelanggan tersebut.
Berdasarkan hasil penghitungan ulang, PLN sepakat pelanggan hanya perlu membayarkan Rp 1.050.000.
"Solusinya sudah disepakati mekanismenya. Itu di Makassar, pelanggan hanya bayar Rp 1.050.000 dengan dicicil 4 kali per bulan. Jadi 200 ribu. Itu sudah clear," ujar Hendra, dalam konferensi pers virtual, Selasa (11/8/2020).
Keluhan kenaikan tagihan listrik memang tengah marak terjadi sejak Juni lalu.
Baca: Tagihan Listrik Naik hingga Rp 3 Juta, Dedi Mulyadi: Masak Domba Saya Nonton Drama Korea
Baca: Minta PLN Transparan Soal Kenaikan Tarif, Ketua MPR: Berikan Data Tagihan Listrik ke Masyarakat
Kendati demikian, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana, memastikan, naiknya tagihan listrik yang dialami sejumlah pelanggan selama masa pandemi ini terjadi bukan karena PLN salah pencatatan.
Melainkan karena adanya mekanisme penghitungan rata-rata tiga bulan saat wabah virus corona masuk Indonesia.
"Jadi enggak ada salah catat. Ini karena mekanisme pencatatan yang berbeda. Kalau pihak ketiga itu mau datang ke rumah, orang rumah belum tentu mau didatangin. Kan ini enggak mungkin, listrik jalan terus kan," katanya.
"Makanya ini yang diambil negara lain itu dengan rata-rata itu. Artinya, ini yang terbebankan ke rekening berikutnya," tambah Rida.
Rida menekankan, pengawasan pada PLN terutama soal tagihan listrik akan terus dilakukan.
Tagihan listrik Dedy Mulyadi sampai Rp 3 Juta
Setelah mengajukan usulan kepada PT PLN terkait dengan rincian penggunaan listrik ke tiap pelanggan, Dedi Mulyadi juga mengaku terkena dampak kenaikan tarif.
Kenaikan tagihan listrik ternyata dialami oleh semua orang, bukan hanya artis, masyarakat, tetapi juga termasuk dirinya.
Ia mengaku kaget tagihan listrik dari tiga rumahnya pada bulan Juni ini mengalami kenaikan signifikan, yakni Rp 3 juta.
Padahal, kata Dedi, listrik di rumahnya hanya dipakai untuk AC, kulkas dan lampu penerangan kandang domba.
"Saya juga kaget tagihan listrik saya juga naik. Ternyata kenaikan ini dialami semua orang," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Kamis (16/6/2020).
Dedi menjelaskan, kenaikan tagihan listrik itu berasal dari rumah pribadi, rumah di pesawahan dan rumah yang ada kandang dombanya.
Rata-rata kenaikannya mencapai Rp 600.000 hingga Rp 800.000 per rumah.
Padahal biasanya per bulannya Dedi hanya membayar sebanyak Rp 7 juta untuk tiga rumah tersebut.
Namun, bulan ini ia harus membayar sekitar Rp 10 juta rupiah.
Baca: Minta PLN Transparan Soal Kenaikan Tarif, Ketua MPR: Berikan Data Tagihan Listrik ke Masyarakat
Baca: Hindari Prasangka Buruk, Dedi Mulyadi: PLN Kirim Rincian Penggunaan Listrik Tiap Bulan ke Pelanggan
Baca: Banyak Keluhan Tagihan Listrik, Badan Siber dan Sandi Negara Akan Diminta Periksa Sistem di PLN
Yang artinya ia sendiri mengalami kenaikan tarif listrik sebanyak Rp 3 juta rupiah bulan ini.
"Listrik yang dipakai memang ada untuk kulkas, tapi mayoritas untuk lampu penerang, terutama untuk kandang domba. Tidak ada televisi. Nggak mungkin kan domba saya menonton televisi, drama korea," kata Dedi lantas tertawa.
Dedi mengatakan, PLN harus bisa menjelaskan kepada publik soal kenaikan tagihan listrik itu.
Ia pun mempertanyakan dari mana kenaikannya terebut berasal.
Misalnya, apakah kenaikan itu dari saklar kulkas, AC, lampu atau mesin.
Penjelasan terkait dengan rincian penggunaan listrik tiap pelanggan tersebut dilakukan untuk menghindari kecurigaan publik.
"Ini mah bukan urusan polatak-politik, ini mah urusan rumah tangga. Bahwa memang kenaikan listrik dialami semua orang, termasuk saya. Bulan ini naik sekitar Rp 3 juta," kata mantan bupati Purwakarta itu.
Dedi mengatakan, ia menyampaikan masalah itu bukan atas nama anggota DPR atau wakil ketua Komisi IV.
Sebab, bidang listrik adalah tanggung jawab Komisi VII.
"Namun ini atas nama saya sebagai warga. Sebagai kepala keluarga yang membayar tagihan listrik sampai naik Rp 3 juta," kata Dedi.
Baca: Delapan Butir Hasil Rapat PLN dengan DPR yang Membahas Lonjakan Tagihan Listrik
Baca: PLN Tegaskan Bengkaknya Tarif Listrik Pelanggan Disebabkan Meningkatnya Konsumsi selama Pandemi
Baca: Cari Penjelasan Listrik Gratis Bulan Juni dan Lonjakan Tagihan, DPR Akan Panggil Direksi PLN
Usulan Dedi Mulyadi
Sebelumnya, Dedi pernah meminta PLN untuk bersikap transparan dalam hal tagihan listrik, apalagi banyak keluhan soal kenaikannya.
Ia meminta PLN untuk mengirimkan rincian pemakaian listrik dalam tagihan ke semua pelanggan setiap bulan.
Hal itu untuk menunjukkan transparansi PLN dan menghindari kecurigaan publik.
"Saya usulkan itu agar tidak terjadi prasangka yang buruk pada PLN," kata Dedi melalui sambungan telepon, Senin (15/6/2020).
Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan jika PLN bisa mengirimkan rindian penggunaan pelanggan dengan berbagai cara.
Mulai dari laporan tertulis yang bisa dikirimkan lewat pos, email, dan SMS.
Kalau melalui SMS, PLN setiap bulan mengirimkan rincian penggunaan listrik ke nomor ponsel pemilik rumah.
"Sudah saatnya PLN transparan dalam hal penggunaan listrik pelanggannya. PLN harus mulai melaporkan rincian tagihan listrik itu seperti telepon pasca-bayar. Ada rincian penggunaannya," kata wakil ketua Komisi IV ini.
(TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi/Restu, Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Tagihan Listrik Rp 19 Juta, Kementerian ESDM Sebut Pelanggan Hanya Bayar Rp 1 Juta "