Meski begitu, tren itu tidak menyebar ke banyak negara lain.
Baca: Tak Hanya Indonesia, Sejumlah Warga Austalia Panik dan Berebut Tisu Toilet, Khawatir Virus Corona
Air lebih disukai, misalnya, di sejumlah negara mayoritas Muslim, karena ajaran Islam mencakup penggunaan air untuk pembersihan.
Dan toilet modern Jepang yang terkenal, menawarkan opsi membilas dan pengeringan.
Satu orang yang tertarik dengan debat mengenai air atau kertas tisu adalah Zul Othman, seorang petugas proyek untuk pemerintah Australia yang meneliti budaya dan sejarah toilet.
Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Othman, beberapa Muslim Australia telah beradaptasi dengan kamar mandi gaya Barat dengan menggunakan kertas toilet dan kemudian mandi, mengisi wadah air, atau memasang semprotan air di sebelah toilet mereka.
Ini juga terjadi pada orang-orang dari latar belakang agama non-Islam.
Astha Garg, seorang ilmuwan data dari Navi, Mumbai yang telah bekerja di daerah Teluk San Francisco selama dua tahun terakhir, mengatakan dia terus mencari bath mug untuk toiletnya.
Akhirnya Astha Garg harus pergi ke toko milik India.
Baca: Main Ponsel di Toilet Ternyata Bisa Bikin Ambeien, Berikut Fakta dan Tips Pencegahannya!
"Beberapa orang India memang beradaptasi dengan kertas toilet, tetapi banyak dari kami yang lebih memilih membilas dengan air jika memungkinkan," komentarnya.
"Setiap kali mengunjungi seorang teman India di AS, saya hampir selalu dapat mendapati mereka memiliki wadah air untuk membilas."
Othman telah bagaimana orang Barat berkukuh menggunakan kertas untuk bercebok.
Salah satu teman sekelasnya di Sheffield, Inggris kehabisan kertas toilet dan akhirnya menggunakan uang kertas £20 (Rp346 ribu) untuk bercebok.
Sementara itu, keluarga penyiar dan gitaris metal, Kaiser Kuo, telah mengadopsi solusi hybrid.
Empat tahun lalu mereka pindah dari Beijing ke AS, di mana, seperti banyak pendatang baru, mereka mempertahankan beberapa kebiasaan Cina dan mengambil beberapa kebiasaan Amerika.
Kuo terkejut melihat seberapa banyak gulungan tisu toilet yang digunakan anak-anaknya, sesuai dengan status Amerika sebagai konsumen kertas toilet terbanyak di dunia.
Menurut Garg kertas toilet membingungkan.
"Tisu itu akhirnya akan dilemparkan ke dalam mangkuk toilet," katanya.
Selain biaya finansial dan lingkungan, "tisu itu akan membuat toilet tersumbat. Saya melihat setiap satu dari empat toilet memiliki masalah pipa ledeng".
Tetapi produsen dan pengiklan AS adalah orang-orang yang secara agresif mendorong penggunaan kertas toilet di abad ke-20, terutama jenis-jenis tertentu.
Misalnya, orang Inggris masih menggunakan kertas toilet yang keras pada tahun 1970-an, karena mereka tidak mempercayai kertas lunak yang dibuat oleh orang Amerika.