"Kami menentang (adanya) tindakan sepihak," kata Razzaz.
"Kami menentang aneksasi. Kami menentang langkah apa pun yang mengarah ke solusi dua negara. Singkatnya, jika agenda kita tidak mengarah pada solusi dua negara, (maka) izinkan kami tunjukkan solusi satu negara demokratis dari kami," tambahnya.
"Yordania tidak akan mengakomodir perpindahan orang-orang Palestina. Yordania tidak akan menjadi 'Palestina', seperti yang diharapkan sayap kanan Israel. Dan Yordania tidak akan menyerah dalam memantau hak (atas bangunan suci untuk umat Muslim dan Kristen) di Yerussalem. Ketiganya itu jelas bagi kita," pungkasnya.
Baca: Cucu Nelson Mandela Puji Langkah Turki Dukung Perjuangan Palestina
Sebagai informasi, hubungan Yordania dan Israel sedang berada dalam titik terendah.
Jika rencana aneksasi dilakukan Israel, keduanya dipastikan berada dalam konflik besar.
Namun, keduanya diikat oleh perjanjian damai pada tahun 1994.
Bulan Desember 2019 lalu, hubungan keduanya memasuki 25 tahun, yang dilalui tanpa peringatan resmi oleh kedua belah pihak.
Baca: Presiden Prancis Emmanuel Macron Minta PM Israel Benjamin Netanyahu Tahan Aneksasi Tepi Barat
Baca: Ratusan Orang Hadiri Pemakaman Ibrahim Abou Yacoub, Pria Palestina yang Ditembak Mati Tentara Israel
Baca: Meski Ditentang Ayah, Perempuan Yahudi-Israel Tetap Menikah dengan Pria Palestina di Tengah Konflik
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)