TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandemi virus Corona memang telah menggangu banyak aktivitas masyarakat dunia.
Mulai dari rencana bisnis, pertemuan internasional hingga agenda negara pun harus menyesuaikan situasi karena keberadaan pandemi Covid-19 ini.
Tak hanya bisnis atau aktivitas yang lazim, untuk aktivitas prostitusi pun kini harus menyesuaikan dengan situasi akibat keberadaan pandemi Covid1-9.
Kawasan prostitusi terbesar se-Asia di Sonagachi, India pun mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian dalam aktivitas bisnis prostitusi mereka.
Sama seperti bisnis lain yang marak menggunakan teknologi informasi seperti video conference untuk rapat, bisnis prostitusi di Sonagachi juga mulai beradaptasi dari virus corona dengan menggunakan fasilitas serupa.
Penggunaan video conference untuk bisnis prostitusi di Sonagachi semakin marak.
Meski demikian, beberapa "klien" juga tetap memaksa bertemu dengan wanita pekerja seks komersial (PSK) di wilayah tersebut.
Selama 15 tahun, Laila Das (bukan nama sebenarnya) menggunakan "pertemuannya" dengan 5 klien dalam sehari.
Baca: Buntut Panjang Konflik di Himalaya, India Larang TikTok dan 58 Aplikasi China Lain Masuk Negaranya
Baca: Konflik China dengan India Baru Permulaan, Laksamana AS Sebut Tiongkok Ingin Kuasai Kutub Utara
Baca: Setelah Konflik dengan India, China Terjunkan Puluhan Petarung MMA Ke Perbatasan
Sebagai pekerja seks komersial ( PSK), beberapa klien menginginkan berhubungan seksual dengan Laila sementara yang lainnya hanya ingin ditemani.
Laila adalah satu dari 7 ribu PSK di Sonagachi. Suatu lokasi prostitusi terbesar di Asia.
Ketika lockdown India diumumkan pada Maret lalu, Laila tidak punya klien sama sekali.
Namun, beberapa hal menjadi lebih membaik saat ini.
Dalam kehidupan 'New Normal' atau tatanan baru pasca lockdown akibat wabah virus corona, Laila bisa 'menjajakan' diri melalui teknologi tinggi, yakni melalui telepon pintar.
Pendiri Durbar Mahila Samanwaya Committee (DMSC), Smarajit Jana menyatakan lockdown di Sonagachi telah menghasilkan peningkatan aktivitas virtual seks.
Baca: Dua Polwan di Pati Jawa Tengah Rela Menyamar Jadi PSK demi Bongkar Prostitusi
Baca: Drakor The World of The Married Terancam Diboikot Setelah Aktor Terlibat Skandal Prostitusi Muncul
Baca: Mantan Bintang Film Dewasa Dirikan Partai Demokrasi, Alam, dan Cinta, Legalkan Ganja & Prostitusi
"Tadinya, yang ikut virtual seks hanya sedikit, sekarang sudah banyak yang gabung di telepon dan video."
"Beberapa bahkan minta ada sesi tanya-jawab, beberapa orang lainnya meminta video," ujar Jana.
Berdasarkan keterangan Bishakha Laskar, Presiden DMSC bahkan kini sangat banyak pelayanan seks melalui jaringan telepon.
"Setiap orang takut dengan jarak dekat fisik."
"Di gang di mana saya tinggal, terdapat 130 gadis aneh yang 95 persen dari mereka melakukan seks melalui telepon," ucapnya.
Sementara berdasarkan keterangan Laila, uang yang dia terima akan ditransfer kliennya.
Tarif Laila sebesar 500 Rupee India (sekitar Rp 94 ribu) untuk sekali video call selama 30 menit.
"Saat ini memang banyak terjadi resesi ekonomi, tapi para klien itu kebanyakan sangat dermawan," ungkap Laila.
Namun, tidak semua klien sepakat untuk transfer.
"Beberapa yang dekat akan keluar rumah dengan alasan membeli susu atau keperluan rumah tangga padahal mereka hendak membayar tarif."
"Namun, beberapa dari mereka juga ada yang tukang tipu," ujar Bishakha.
Menurut Mahasweta Mukherjee, petugas advokasi DMSC mengatakan para pekerja seks komersial sebelumnya mengalami krisis selama demonetisasi.
Baca: Terbongkar Prostitusi Anak di Kalibata, Gadis 15 Tahun Dipaksa Hubungan Badan 4 Pria, Tarifnya Miris
Baca: Pelanggan Prostitusi Berkedok Kawin Kontrak di Bogor dari Timur Tengah, Ijab Kabul cuma 5 menit
Baca: PENGAKUAN Blak-blakan Avriellia Shaqqila soal Prostitusi Online Artis: Ada Grup Model Bookingan
"Kami punya 7 ribu wanita yang tinggal di Sonagachi bersama 3 ribu lainnya yang ikut menumpang (berpindah-pindah)."
"Selama lockdown, 3.000 wanita itu tidak ada di sana (Sonagachi)," ujar Mukherjee.
Sisanya, biasanya mendapat tarif 25 ribu sampai 30 ribu Rupee India (Rp 4,7 - 5,6 juta) sebulan.
Menyediakan makanan untuk mereka tidaklah cukup. Mereka butuh keperluan lain.
"Mereka biasanya butuh keperluan lain. Banyak dari mereka mengirim uang ke rumah mereka (keluarga)."
"Beberapa dari uang itu dibelanjakan untuk menjual sayur dan buah tapi itu tidak cukup," imbuh Mukherjee.
Jam kerja para PSK itu kini juga sudah berubah.
"Panggilan via telepon bisa terjadi kapan saja. Jadi mereka harus siaga setiap jamnya," tandas Bishakha.
(Tribunnewswiki.com/Ris)
Artikel sudah tayang di Kompas.com berjudul Covid-19, Bagaimana Nasib PSK di Sonagachhi, Tempat Prostitusi Terbesar di Asia?.