Mengapa Angka Kematian Covid-19 Lebih Tinggi di AS dan Eropa Ketimbang di Asia? Ini Alasannya

Angka kematian akibat pandemi Covid-19 di AS dan Eropa lebih tinggi daripada di Asia, para ahli beberkan alasannya.


zoom-inlihat foto
corona-prancis.jpg
AFP via SCMP
Staf medis di Mulhouse, tempat Prancis pertama kali mendeteksi lonjakan kasus, memindahkan seorang pasien ke rumah sakit. Foto: AFP


Di Asia, dari pengalaman pandemi SARS dan MERS menyebabkan penanganan dan respon terhadap ancaman pandemi baru lebih cepat.

Taiwan, misalnya, telah banyak dipuji karena respons cepatnya terhadap Covid-19, termasuk pembatasan masuknya warga Wuhan sebelum virus itu meledak di China.

Di Korea Selatan, pemerintah telah melakukan pengunjian dengan skala besar, pelacakan, dan isolasi pasien.

Walaupun di Jepang dan India, tingkat angka kematian cenderung rendah, hal ini juga membingungkan para ilmuwan.

Baca: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Pemerintah Resmi Batalkan Pemberangkatan Haji Tahun 2020

Baca: Akui Belum Bisa Kendalikan Covid-19, Jokowi: Semua Harus Pakai Data Keilmuan yang Ketat

Baca: Tak Aman, Uni Eropa Sepakat Larang dan Hentikan Penggunaan Hidroksiklorokuin untuk Obati Covid-19

Apakah cuaca dan budaya berpengaruh terhadap tingkat kematian?

Cuaca panas dan lembab mungkin bisa menjadi faktor penentu di negara seperti Kamboja, Vietnam, dan Singapura.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa panas dan kelembaban dapat memperlambat penyebaran virus, meskipun memang tidak menghentikannya.

Seperti saat seseorang terkena influenza dan dengan virus corona yang muncul gejala menggigil.

Namun, beberapa negara khatulistiwa termasuk Ekuador dan Brazil, telah melihat banyak kasus dan kematian terkait virus corona.

Demografi juga berperan dalam kesenjangan regional.

Populasi Afrika dengan lebih banyak anak muda mungkin lebih kebal dari pada populasi lansia di Italia.

Di Jepang, negara yang memiliki populasi tertua di dunia, juga sedang sedang dieksplorasi alasannya terkait dengan kematian yang rendah.

Ada kepercayaan yang meluas bahwa di Jepang kebersihan dan kebiasaan yang baik menjadi pengaruh.

Faktor gen dan sistem imun

Peraih Nobel Tasuku Honjo, seorang ilmuwan dan ahli imun dari Jepang mengatakan bahwa orang keturunan Asia dan Eropa memiliki perbedaan besar dalam haplotipe antigen leukosit (HLA), sebuah gen yang mengendalikan respons sistem kekebalan tubuh terhadap virus.

Hal tersebut bisa menjadi pemicu mengapa di Asia angka kematian lebih rendah, namun tetap tidak bisa dijadikan satu-satunya alasan.

Tatsuhiko Kodama dari Tokyo University menjelaskan studi awal menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh orang Jepang cenderung bereaksi terhadap virus corona, seolah-olah mereka telah terinfeksi virus itu sebelumnya.

"Teka-teki angka kematian lebih rendah di Asia Timur dapat dijelaskan dengan adanya kekebalan," kata dia.

(TribunnewsWiki.com/Restu)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved