TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kenapa korban kematian akibat virus corona lebih banyak ditemukan di Eropa dan Amerika Utara?
Pertanyaan itu masih menjadi misteri dari pandemi Covid-19 yang terjadi di dunia kini.
Kebijakan pengujian, berbagai metode perhitungan dan juga pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan kasus Covid-19 di dunia pun menarik perhatian para peneliti untuk memecahkan kasus virus corona.
Sebagian wilayah di Asia diketahui lebih cepat menangani kasus Covid-19 dengan menerapkan social distancing pada awal pandemi.
Namun, beberapa peneliti juga memikirkan faktor lain yang membuat Asia lebih maju dalam menangani kasus corona ketimbang negara-negara di Eropa dan AS.
Alasan lain yakni karena faktor genetik dan respon sistem imun, pemisahan jenis virus dan tingkat obesitas di daerah yang berbeda dan dan faktor kesehatan yang umum terjadi.
Perbedaan angka kematian
China, tempat pertama virus corona ditemukan pertama kali di Wuhan, mencatat adanya kematian di bawah angka 5000 kasus.
Yang artinya, hanya ada tiga kematian per satu juta penduduk.
Baca: Balas Kebijakan Gedung Putih, China Berhenti Impor Daging Babi dari AS
Baca: Balas Perlakuan Donald Trump, China Stop Impor Daging Babi dari Amerika Serikat
Baca: Pemerintah Tak Berangkatkan Haji pada 2020, Bagaimana Nasib Jemaah yang Sudah Bayar Lunas?
Sedangkan Jepang terdapat 7 kematian per satu juta penduduk, Pakistan 6, Korea Selatan dan Indonesia 5, India 3, dan Thailand kurang dari satu kasus kematian per satu juta penduduknya.
Bahkan, Vietnam, Kamboja, dan Mongolia mencatat nol kasus kematian yang terjadi akibat pandemi Covid-19.
Jika angka tersebut dibandingkan dengan yang ada Jerman, kasus di sana mencatat adanya 100 kematian per satu juta penduduk.
Sekitar 180 di Kanada, 300 di Amerika Serikat, dan lebih dari 500 kasus di Inggris, Italia, dan Spanyol.
Pakar ilmiah dari Universitas Chiba Jepang menempatkan beberapa kasus virus corona di seluruh dunia dan mendapati perbedaan yang mencolok di beberapa regional.
"Itu berarti kita perlu mempertimbangkan perbedaan daerah regional terlebih dahulu, sebelum kita analisa kebijakan dan faktor yang mempengaruhi penyebaran infeksi di beberapa negara terdampak," kata Akihiro Hisaka dari Pascasarjana Ilmu Farmasi Universitas Chiba.
Asumsi dasar yang terjadi yakni virus, SARS-CoV-2, bermutasi sebagaimana yang virus lakukan kemudian menginfeksi dan menular.
"Kita sedang menghadapi momok yang sama dengan respon imun yang sama," kata Jeffrey Shaman, seorang epidemiologi dari Universitas Columbia.
"Ada perbedaan di pengetesan virus, laporan, dan kontrol di tiap-tiap negara. Dan ada juga perbedaan dari tingkat hipertensi, penyakit paru-paru yang parah, dan lain-lain, sesuai dengan yang terjadi di negara terdampak," lanjutnya.
Alasan angka kematian tinggi di Eropa dan US
Sebagian alasan kenapa angka kematian cukup tinggi di AS dan Eropa karena perbedaan cara menghadapi pandemi dan cara penanganannya.