Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, menara masjid tersebut dibangun menggunakan bahan batu bata yang menjulang setinggi 24 meter dengan diameter 10 meter menjadi ciri khas situs bersejarah ini.
Baca: Perahu Jong
Ciri khas lainnya adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima yang menyerupai pagoda China hasil desain seorang arsitek Cina bernama Tjek Ban Tjut.
Selain menara, terdapat sebuah konstruksi tembok persegi delapan yang dikenal dengan nama istiwa, bencet atau mizwalah yang digunakan sebagai pengukur waktu dengan memanfaatkan bayangan akibat sinar matahari.
Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Bangunan masjid ini ditopang oleh dua puluh empat tiang (soko guru), empat tiang utama terletak pada bagian tengah ruangan.
Pada bagian bawahnya terdapat empat buah umpak batu berbentuk buah labu.
Mihrab terdapat pada dinding sebelah barat berupa ceruk tempat imam memimpin shalat.
Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur yang mempunyai bentuk atap limas.
Pada dinding ini terdapat empat buah pintu masuk yang rendah.
Setiap orang yang masuk ke ruangan utama harus menundukkan kepala.
Hal tersebut menggambarkan ketundukan manusia terhadap sang pencipta.
Kemudian pada bagian Selatan dari Mesjid Agung Banten juga terdapat bangunan yang dinamakan Tiyamah.
Dikutip dari pesona.travel, Tiyamah itu bentuknya berupa segiempat panjang dan bertingkat.
Bangunan ini mempunyai langgam arsitektur Belanda kuno dan menurut sejarah didesain pula oleh Lucas Cardeel.
Konon, dahulu bangunan ini dipergunakan sebagai tempat musyawarah dan berdiskusi tentang soal-soal keagamaan.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Banten juga menjadi destinasi wisata religi dan histori bagi umat Islam yang datang bukan hanya dari Banten, tetapi juga dari provinsi lainnya.
Baca: Situs Batu Berak Lampung
Di Masjid Agung Banten, pengunjung bisa melakukan berbagai macam kegiatan seperti berziarah, menikmati arsitektur kuno dan unik masjid, serta melihat bukti-bukti bersejarah Kesultanan Banten.
Di dalamnya terdapat makam para sultan dan ulama Banten, diantaranya adalah makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar.
Pada materi pelajaran tentang Masjid Agung Banten ini, akan ada beberapa pertanyaan yang akan diberikan. Yaitu:
Islam dibawa oleh para wali ke Nusantara dengan nilai-nilai kedamaian dan kasih sayang.