Senada dengannya, Rystad Energy mengatakan pemangkasan produksi tersebut tidak-lah cukup mengembalikan stabilitas pasar.
"Usulan pemangkasan 10 juta barel per hari oleh OPEC+ untuk bulan Mei dan Juni akan menjaga dunia dengan menguji batas kapasitas penyimpanan dan menyelamatkan harga agar tidak jatuh ke dalam jurang yang dalam, namun itu masih tak akan bisa mengembalikan stabilitas pasar yang diinginkan," kata lembaga penelitian sektor energi tersebut.
Jatuhnya Industri Minyak
Harga minyak telah merosot sejak awal tahun 2020 akibat pandemi COVID-19.
"Industri kita saat ini sedang mengalami penderitaan, tidak ada yang bisa membendung derita ini," kata Sekretaris Jenderal OPEC, Mohammad Barkindo, menjelang pertemuan seraya mengeluh bahwa banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan hilangnya puluhan ribu pekerjaan.
Bersatu menghadapi masalah tersebut, Riyadh dan Moskow telah meningkatkan produksi minyaknya untuk mempertahankan pangsa pasar dan melemahkan Amerika Serikat yang merupakan produsen shale oil.
(Shale oil atau minyak serpih dalam bahasa Indonesia, adalah batuan sedimen berbutir halus yang mengandung kerogen(campuran bahan-bahan kimia organik) yang setelah melalui proses pyrolysis, hydrogenation, atau thermal dissolution, ketiga proses ini menggunakan prinsip pemanasan) berubah menjadi minyak sintetis atau gas)
Meskipun AS tidak tergabung dalam OPEC maupun OPEC+, negara paman sam mendukung pengurangan pasokan untuk menstabilkan harga dan menghidupkan kembali industri kecilnya.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan optimis terkait laju kesepakatan tersebut, bahkan ketika pembicaraan tampaknya masih akan menemui jalan buntu.
Baru saja dalam konferensi virtual dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Donald Trump berkata kepada media di Gedung Putih bahwa kesepakatan tersebut telah 'ditutup'.
Shale oil atau minyak serpih telah mengubah Amerika Serikat menjadi produsen top dunia.
Namun demikian, industri ini tidak dapat menahan biaya produksinya yang mahal saat jatuhnya harga minyak bumi.
Kendati negara-negara di dunia yang tergabung dalam OPEC sepakat memangkas produksi, nampaknya itu tidak berlaku bagi AS, setelah berhasil mengekstraksi hampir 13 mbpd pada minggu terakhir bulan Maret.
Angka ini turun menjadi 12,4 mbpd pada minggu lalu.
Pada saat yang sama, kelebihan pasokan global yang telah membebani pasar minyak sebelum krisis virus corona, telah meningkatkan kapasitas penyimpanan minyak hingga batasnya.
Inilah yang kemudian memaksa banyak produsen minyak untuk mengurangi produksi.
Badan Energi Internasional pada Senin (6/4) memperingatkan bahwa dunia akan mengalami penurunan produksi minyak tahunan selama lebih dari satu dekade karena pandemi ini.
Akibat wabah ini, sebagian besar ekonomi global, termasuk sektor-sektor utama seperti transportasi udara, manufaktur, dan ritel mengalami penutupan.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)