TRIBUNNEWSWIKI.COM - Para menteri bidang energi negara-negara yang tergabung dalam G-20 menggelar pertemuan virtual pada Jumat (10/4/2020) guna membahas jalan keluar atas buntunya perjanjian pembatasan produksi minyak antara OPEC dan sekutunya.
Kebuntuan tersebut telah menimbulkan keraguan untuk meningkatkan harga minyak yang nilainya merosot akibat pandemi virus corona / Covid-19.
Posisi ini merupakan posisi terendah harga minyak selama hampir dua dekade.
Alhasil, minimnya harga minyak membuat permintaan dan perang harga antara Arab Saudi-Rusia melemah.
Merespons keputusan OPEC melakukan pembatasan produksi, negara non-OPEC, Meksiko menolak kebijakan tersebut.
Baca: Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas)
Pembicaraan G20 diadakan oleh negara eksportir minyak terbesar, Arab Saudi, di Ibukota Riyadh pada pukul 12 GMT, Jumat (10/4/2020).
Otoritas Arab Saudi memastikan pembicaraan ini akan dapat mencapai kesepakatan dan memastikan 'stabilitas pasar'.
Pertemuan virtual ini juga diharapkan dapat mengunci kesepakatan lebih luas OPEC dengan negara-negara non-OPEC seperti, Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.
"Saya menantikan pertemuan luar biasa para menteri energi G20 hari ini. Saya berharap pertemuan ini dapat membantu memulihkan stabilitas yang sangat dibutuhkan pasar minyak", kata Fatih Birol, Kepala Badan Energi Internasional (IEA), dilansir AFP, Jumat (10/4/2020).
"Pergerakan tajam yang kita lihat di pasar minyak merugikan ekonomi global saat kita tak mampu membelinya", tambahnya.
Diketahui pembahasan perihal produksi minyak dunia sebelumnya sempat dibahas melalui pembicaraan panjang yang menghasilkan sejumlah hasil, salah satunya adalah memangkas produksi minyak pada Mei dan Juni sebesar 10 juta barel per hari.
Pemangkasan produksi juga dilakukan sebesar 8 juta barel per hari untuk periode sisa tahun ini.
Pemberlakuan perjanjian pemangkasan produksi bergantung pada persetujuan Meksiko, menurut Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, pada Jumat pagi (10/4/2020), setelah pertemuan.
Diwartakan Bloomberg News, poin utama yang masih mengganjal perjanjian tersebut adalah penolakan Meksiko menandatangani 'pemangkasan produksi' di bawah kesepakatan, yang akan menjadi 400.000 barel per hari.
Nantinya, kesepakatan ini menandai kemungkinan berakhirnya perang harga antara Rusia dan Arab Saudi.
Menurut Bloomberg News, keduanya telah setuju untuk memangkas produksi menjadi sekitar 8.5 juta barel per hari.
Dampak pemangkasan ini terhadap harga belum begitu jelas efeknya lantaran pasar minyak global ditutup pada Jumat (10/4/2020), pada akhir pekan hari raya Paskah.
Baca: Jutaan Kerang Hijau Muncul di Laut Karawang, Diduga Efek Tumpahan Minyak
Seorang analisis perdagangan dari AxiCorp, Stephen Innes menyebut bahwa pengurangan produksi yang 'kurang diharapkan pasar' akan memberi efek terhadap permintaan.
Innes menambahkan bahwa ini semua berkat adanya penguncian wilayah / lockdown atas antisipasi dampak penyebaran Covid-19 di seluruh dunia.
"Kesepakatan yang saat ini diajukan hanya akan mengimbangi tekanan harga minyak, tetapi justru itulah yang harus dilakukan. Namun, 'awan mendung' harga minyak ini akan hilang saat kebijakan lockdown dicabut," terang Stephen Innes.