TRIBUNNEWSWIKI.COM - Mira (47) seorang transgender atau transpuan meninggal dunia dengan mengenaskan pada Sabtu, (4/4/2020) pukul 12.00 WIB.
Warga yang berdomisili di kawasan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara tersebut tewas lantaran dibakar hidup-hidup oleh sekelompok preman di lingkungan tempat tinggalnya.
Terlebih, sebelum dibakar, Mira sempat dituduh mencuri dompet dan ponsel seorang supir truk.
Namun karena tak mengakui tuduhan yang tak dilakukan, Mira dipukuli oleh 5 orang preman hingga akhirnya dibakar hidup-hidup.
Mira sebelumnya sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Koja atau RSUD Koja Jakarta Utara.
Satu hari setelah mendapatkan perawatan, Mira dikabarkan telah meninggal dunia dan jenazahnya dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Budhi Darma, Cilincing.
Baca: Kronologi Transgender Tewas Dibakar Sekelompok Preman: Dikeroyok dan Dituduh Lakukan Pencurian
Baca: Komnas HAM Kritik Walikota Depok yang Keluarkan Imbauan Razia LGBT berkat Kasus Reynhard Sinaga
Pelaku ternyata masih berusia remaja dan hobi tawuran dan mabuk lem aibon
Sepeti yang diberitakan Wartakotalive.com, para preman pengeroyok Mira sebagian besar masih berusia di bawah 20 tahun.
Tak hanya itu, dari informasi yang disampaikan Lurah Kalibaru, Suyono, remaja tersebut juga kerap melakukan tawuran di kawasan itu.
Suyono menegaskan jika para pelaku bukan hanya warga Kalibaru, melainkan juga dari luar wilayah.
"Karena faktanya banyak juga itu ternyata warga luar wilayah kami seperti dari Semper Barat, Koja, Cilincing, bahkan Bekasi," kata Suyono saat dihubungi, Selasa (7/4/2020).
Meski membantah semua pelaku merupakan warganya, Suyono tidak menampik jika sebuah lokasi di kolong jembatan layang tol di Kalibaru, kerap dijadikan tempat kumpul-kumpul remaja nakal.
Kolong tol yang beralih fungsi menjadi garasi kontainer itu kerap dijadikan sebagai tempat berbuat keonaran.
"Terkadang kami patroli bersama tiga pilar pergoki anak-anak itu tengah mabuk dengan lem aibon," ujar Suyono.
"Akibatnya kami hanya dapat kembalikan ke orang tua untuk dibina," ungkapnya.
Baca: Kronologi Transgender Tewas Dibakar Sekelompok Preman: Dikeroyok dan Dituduh Lakukan Pencurian
Bukan hanya ngelem dan mabuk-mabukan, anak-anak itu juga disebut kerap membuat keributan di wilayah sekitar.
Bahkan, tawuran bagi mereka sudah menjadi rutinitas karena dilakukan hampir setiap hari dan tanpa sebab.
"Namun karena banyak juga dari luar warga, kami jadi kami susah membinanya," kata Suyono.
"Mereka kami pulangkan namun besok-besok kembali lagi," jelasnya.
Suyono mengklaim pihaknya bersama polisi dan TNI setempat kerap mengamankan wilayah itu dari anak-anak nakal tersebut.