TRIBUNNEWSWIKI.COM - China berharap bisa menguji vaksin Covid-19 di luar negeri.
Hal itu karena ilmuwan berupaya melakukan uji vaksin berskala besar demi mengetahui efektivitasnya.
Ilmuwan militer di sana sudah mengerjakan vaksin hasil uji klinis tahap pertama.
Hasilnya akan diumumkan pada akhir bulan ini, seperti diberitakan South China Morning Post, Kamis (2/4/2020).
Baca: Cerita Dokter Wuhan Atasi Covid-19: Terpaksa Abaikan Pasien Kritis, hingga Belajar di Tempat Kerja
Baca: Umumkan 130 Kasus Positif Covid-19 Tanpa Gejala, Silent Carrier di China Bisa Sepertiga Kasus Total
Chen Ling, seorang ahli virologi di State Key Laboratory of Respiratory Disease, mengatakan uji coba tahap kedua dan ketiga akan membutuhkan ribuan subjek.
Selain itu, melakukan tes ini di negara-negara yang paling terdampak parah akan membantu menghasilkan hasil yang lebih cepat dan lebih akurat.
"Kami telah mengalami wabah dengan cepat, dan sekarang kami tidak memiliki cukup kasus yang dikonfirmasi untuk pengujian vaksin lebih lanjut," katanya.
"Misalnya, jika kami menguji 10.000 orang, tetapi hasilnya menunjukkan hanya 100 orang yang dapat mengembangkan kekebalan, bahwa 0,01 persen tidak cukup untuk membuktikan bahwa vaksin dapat digunakan di antara orang-orang biasa."
Chen Wei, seorang ahli epidemiologi dan virologi terkemuka dengan Akademi Ilmu Kedokteran Militer, mengatakan kepada surat kabar milik pemerintah, China Daily, jika hasil awal membuktikan bahwa vaksin itu aman dan menghasilkan efek yang diinginkan, Cina akan mencoba menguji keefektifannya di luar negeri jika epidemi terus menyebar.
Dia mengatakan bahwa banyak negara telah menyatakan minatnya untuk bekerja dengan tim penelitiannya demi menguji vaksin rekombinan.
Vaksin ini menggunakan virus atau bakteri yang tidak berbahaya untuk memperkenalkan bahan genetik patogen ke dalam tubuh, yang digunakan untuk membangun kekebalan.
Meski demikian, Chen Wei tidak menyebutkan nama negara yang siap bekerja sama.
Baca: Meski Tingkat Kematian akibat Corona Tinggi, Ini Alasan Jokowi Tak Terapkan Lockdown di Indonesia
Baca: Tetap Gelar Resepsi di Tengah Pandemi Corona, Kapolsek Kembangan Dimutasi dari Jabatannya
Covid-19 sendiri pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan, Cina dan telah menyebar menjadi pandemi global.
Setidaknya 900.000 kasus telah dikonfirmasi dan lebih dari 45.000 orang telah meninggal.
Jumlah kasus yang tercatat di Italia, Spanyol dan Amerika Serikat kini telah melampaui total kasus China.
Tao Lina, seorang ahli vaksin yang berbasis di Shanghai, mengatakan akan lebih baik untuk melakukan berbagai uji di negara-negara ini, atau negara maju lainnya seperti Inggris dan Jerman.
Bukan tanpa alasan, pasalnya negara-negara itu memiliki kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Tao, mantan pejabat pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Shanghai, mengatakan AS kemungkinan tidak mau bekerja sama dengan China, tetapi Beijing dapat bekerja dengan negara lain yang juga terdampak parah seperti Inggris.
Berita Serupa: Bisa Jadi Penyakit Musiman, Ilmuwan AS Tegaskan Pentingnya Vaksin
Seorang ilmuwan Senior AS mengatakan virus corona memiliki peluang untuk kembali menyerang dalam sebuah siklus musiman, Rabu (26/3/2020) waktu setempat.
Karenanya, ia menggarisbawahi kebutuhan untuk menmeukan vaksin dan perawatan yang efektif bagi pasien Covid-19.
Diberitakan TribunnewsWiki.com dari South China Morning Post, pemimpin penelitian penyakit menular di National Institutes of Health, Anthony Fauci, mengatakan virus ini mulai menyerang belahan bumi selatan ketika musim dingin berlangsung.
Baca: Tangani Pasien Covid-19, Dokter di Hong Kong Keluhkan Alat Pelindung: Tak Ada yang Dukung Kami
Baca: Pangeran Charles Positif Terinfeksi Virus Corona, Mengisolasi Diri bersama Camilla di Skotlandia
"Apa yang mulai kita lihat sekarang ... di Afrika selatan dan di negara-negara belahan bumi selatan, adalah bahwa kita memiliki kasus yang muncul saat memasuki musim dingin," katanya.
"Dan jika, pada kenyataannya, mereka memiliki wabah yang substansial, itu tidak bisa dihindari. Kita harus siap bahwa kita akan mendapatkan siklus untuk kedua kalinya."
Karenanya, ia menggarisbawahi kebutuhan untuk menmeukan vaksin dan perawatan yang efektif bagi pasien Covid-19.
“Ini menekankan perlunya dalam mengembangkan vaksin, mengujinya dengan cepat dan berusaha menyiapkannya sehingga kami akan memiliki vaksin yang tersedia untuk siklus berikutnya.”
Kini baru ada dua vaksin yang sudah diuji pada manusia.
Satu vaksin itu di Amerika Serikat, dan satunya lagi di China.
Akan tetapi proses pengembangan kedua vaksin itu masih membutuhkan waktu sekitar satu hingga satu setengah tahun lagi.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)