TRIBUNNEWSWIKI.COM - Seorang Dokter di Rumah Sakit Zhongnan, Wuhan, China, Peng Zhiyong, menceritakan kisahnya menghadapi virus corona di garda terdepan.
Diberitakan TribunnewsWiki.com dari South China Morning Post, Rabu (1/4/2020), Peng sudah banyak melihat kematian karena wabah, seperti pada wabah Sars (2003), serta flu burung (2006).
Namun, kadang ia menangis ketika menangani pasien Covid-19.
Apa lagi ketika departemennya terpaksa membiarkan pasien yang tengah sakit kritis, karena kekurangan tempat tidur.
Bahkan dirinya kadang juga menangis ketika melihat pasien meninggal, meski telah mendapatkan upaya medis.
Baca: Ikuti Langkah Barcelona, Real Madrid akan Pangkas Gaji Pemain Selama Pandemi Corona
Baca: Filipina Minta Maaf setelah Klaim Alat Uji Virus Corona yang Didatangkan dari China Kurang Akurat
"Saya tidak bisa tenang dalam menghadapi kematian, tetapi saya hanya harus bekerja sama untuk melakukan pekerjaan saya," kata Peng, dikutip SCMP.
China memang berangsur pulih dari wabah Covid-19.
Namun dokter yang bekerja di garis terdepan masih berjuang untuk menyelamatkan orang-orang yang terinfeksi.
Pada awal minggu, 600 kasus di negara itu masih tercatat parah, turun drastis dari 12.000 kasus parah pada pertengahan Februari.
“Pasien-pasien ini benar-benar sakit,” kata Peng, yang menjadi dokter tamu di Rumah Sakit Prince of Wales Hong Kong selama wabah Sars pada 2003.
"Tingkat fatalitas kasus Covid-19 (sekitar 4 persen) lebih rendah dari Sars (sekitar 10 persen), tetapi begitu dirawat di perawatan intensif, penyakit ini berkembang sama cepat dan serentak dengan Sars."
Baca: WHO Ganti Istilah Social Distancing ke Physical Distancing, Ini Esensi Perbedaanya
Baca: Viral Polisi Marahi Pemilik Warung Kopi dan Puluhan Pengunjung Karena Nekat Berkerumun
Dokter yang telah merawat Sars dan Covid-19 mengatakan gejala yang terakhir biasanya lebih lambat, tetapi dapat membuat dokter lengah dan selanjutnya bisa berkembang pesat.
Selain merusak paru-paru, ia juga dapat menargetkan organ vital lainnya seperti jantung dan hati.
Covid-19 sendiri pertama kali diidentifikasi di Wuhan akhir tahun lalu, dan kota di Cina Tengah itu telah mencatat lebih dari 50.000 kasus, di mana sekitar 20 persen di antaranya digolongkan parah atau kritis.
Unit perawatan intensif Peng masih merawat 20 pasien.
Dia mengatakan tingkat kematian untuk kasus paling serius telah bertambah selama tiga bulan terakhir.
Tingkat kematian kurang dari 20 persen pada Januari, menjadi sekitar 30 persen pada Maret.
Hal itu karena pasien memiliki beberapa komplikasi selama dirawat di rumah sakit yang lama.
Belajar di Tempat Kerja
Baca: Sekitar 300 Orang Meninggal Setelah Meminum Metanol yang Dianggap Dapat Mengobati Virus Corona
Baca: Berikut Ini Deretan Kebijakan Jokowi Terkait Penetapan Status Darurat Kesehatan Masyarakat
Tim Peng yang terdiri dari sekitar 200 dokter dan perawat.