Cerita Dokter Wuhan Atasi Covid-19: Terpaksa Abaikan Pasien Kritis, hingga 'Belajar' di Tempat Kerja

Dokter di Wuhan berbagi kisahnya menangani Covid-19, menangis terpaksa biarkan pasien, hingga belajar tangani virus corona di tempat kerja


zoom-inlihat foto
virus-corona-korea-selatan-2222.jpg
YONHAP / AFP
ILUSTRASI - Para pekerja medis yang mengenakan alat pelindung memindahkan seorang tersangka pasien virus korona (C) ke rumah sakit lain dari Rumah Sakit Daenam di mana total 16 infeksi sekarang telah diidentifikasi dengan virus corona COVID-19, di daerah Cheongdo dekat kota tenggara Daegu pada 21 Februari 2020 Kasus coronavirus Korea Selatan hampir dua kali lipat pada 21 Februari, naik di atas 200 dan menjadikannya negara yang paling parah terkena dampak di luar China ketika jumlah infeksi yang terkait dengan sekte keagamaan meningkat. YONHAP / AFP


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Seorang Dokter di Rumah Sakit Zhongnan, Wuhan, China, Peng Zhiyong, menceritakan kisahnya menghadapi virus corona di garda terdepan.

Diberitakan TribunnewsWiki.com dari South China Morning Post, Rabu (1/4/2020), Peng sudah banyak melihat kematian karena wabah, seperti pada wabah Sars (2003), serta flu burung (2006).

Namun, kadang ia menangis ketika menangani pasien Covid-19.

Apa lagi ketika departemennya terpaksa membiarkan pasien yang tengah sakit kritis, karena kekurangan tempat tidur.

Bahkan dirinya kadang juga menangis ketika melihat pasien meninggal, meski telah mendapatkan upaya medis.

ILUSTRASI - Para pekerja medis membawa seorang pasien di bawah perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun  pada 16 Maret 2020 untuk para pasien coronavirus di Gemelli di Roma.
ILUSTRASI - Para pekerja medis membawa seorang pasien di bawah perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun pada 16 Maret 2020 untuk para pasien coronavirus di Gemelli di Roma. (ANDREAS SOLARO / AFP)

Baca: Ikuti Langkah Barcelona, Real Madrid akan Pangkas Gaji Pemain Selama Pandemi Corona

Baca: Filipina Minta Maaf setelah Klaim Alat Uji Virus Corona yang Didatangkan dari China Kurang Akurat

"Saya tidak bisa tenang dalam menghadapi kematian, tetapi saya hanya harus bekerja sama untuk melakukan pekerjaan saya," kata Peng, dikutip SCMP.

China memang berangsur pulih dari wabah Covid-19.

Namun dokter yang bekerja di garis terdepan masih berjuang untuk menyelamatkan orang-orang yang terinfeksi.

Pada awal minggu, 600 kasus di negara itu masih tercatat parah, turun drastis dari 12.000 kasus parah pada pertengahan Februari.

“Pasien-pasien ini benar-benar sakit,” kata Peng, yang menjadi dokter tamu di Rumah Sakit Prince of Wales Hong Kong selama wabah Sars pada 2003.

"Tingkat fatalitas kasus Covid-19 (sekitar 4 persen) lebih rendah dari Sars (sekitar 10 persen), tetapi begitu dirawat di perawatan intensif, penyakit ini berkembang sama cepat dan serentak dengan Sars."

ILUSTRASI - Petugas kesehatan melakukan rapid test Covid-19 massal di Stadion Patriot, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (25/3/2020). Rapid test massal tersebut dilakukan terhadap orang-orang yang berisiko tinggi terpapar dan dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyebaran virus corona atau Covid-19. (AFP/Rezas)
ILUSTRASI - Petugas kesehatan melakukan rapid test Covid-19 massal di Stadion Patriot, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (25/3/2020). Rapid test massal tersebut dilakukan terhadap orang-orang yang berisiko tinggi terpapar dan dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyebaran virus corona atau Covid-19. (AFP/Rezas) (AFP/Rezas)

Baca: WHO Ganti Istilah Social Distancing ke Physical Distancing, Ini Esensi Perbedaanya

Baca: Viral Polisi Marahi Pemilik Warung Kopi dan Puluhan Pengunjung Karena Nekat Berkerumun

Dokter yang telah merawat Sars dan Covid-19 mengatakan gejala yang terakhir biasanya lebih lambat, tetapi dapat membuat dokter lengah dan selanjutnya bisa berkembang pesat.

Selain merusak paru-paru, ia juga dapat menargetkan organ vital lainnya seperti jantung dan hati.

Covid-19 sendiri pertama kali diidentifikasi di Wuhan akhir tahun lalu, dan kota di Cina Tengah itu telah mencatat lebih dari 50.000 kasus, di mana sekitar 20 persen di antaranya digolongkan parah atau kritis.

Unit perawatan intensif Peng masih merawat 20 pasien.

Dia mengatakan tingkat kematian untuk kasus paling serius telah bertambah selama tiga bulan terakhir.

Tingkat kematian kurang dari 20 persen pada Januari, menjadi sekitar 30 persen pada Maret.

Hal itu karena pasien memiliki beberapa komplikasi selama dirawat di rumah sakit yang lama.

Belajar di Tempat Kerja

ILUSTRASI - Foto seorang dokter di Wuchang yang berbaring dengan pakaian pelindung yang lengkap di kamar penuh dengan kasur kosong yang merupakan bekas rumah sakit pasien virus corona.
ILUSTRASI - Foto seorang dokter di Wuchang yang berbaring dengan pakaian pelindung yang lengkap di kamar penuh dengan kasur kosong yang merupakan bekas rumah sakit pasien virus corona. (China Media Group)

Baca: Sekitar 300 Orang Meninggal Setelah Meminum Metanol yang Dianggap Dapat Mengobati Virus Corona

Baca: Berikut Ini Deretan Kebijakan Jokowi Terkait Penetapan Status Darurat Kesehatan Masyarakat

Tim Peng yang terdiri dari sekitar 200 dokter dan perawat.





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved