Mereka harus belajar di tempat kerja karena pengalaman mereka sebelumnya sebagai spesialis perawatan kritis, masih terbatas untuk menangani Covid-19.
Meski pada akhirnya mereka bisa belajar dan mengembangkan perawatan yang efektif, akan ada banyak nyawa yang hilang di awal.
Bukan tanpa alasan, virus corona pada awalnya menjadi sebuah 'misteri' tersendiri.
Peneliti dan petugas medis membutuhkan waktu untuk mempelajari.
Di sisi yang lain, penyebaran virus ini sangat cepat dan berkembang menjadi sebuah pandemi global.
Baca: Rusia Lakukan Uji Vaksin Covid-19 pada Musang dan Primata, Bulan Juni Siap Diuji pada Manusia
Baca: AS-China Saling Tuding, PM Singapura Sempat Berseru Dunia Akan Cari Pemimpin Lain Tangani Covid-19
Dia menggambarkan bagaimana pasien pertama di rumah sakit saat itu adalah penjual makanan berusia 53 tahun dari pasar basah Huanggang, yang tiba pada 6 Januari.
“Saya harus mengakui pasien ini. Dia sangat sakit dan ditolak oleh beberapa rumah sakit. Dia akan mati jika kita tidak menanganinya, "kenang Peng.
Pasien memburuk pada hari berikutnya dan dokter memberinya pengobatan yang dikenal sebagai oksigenasi membran ekstrakorporeal, yang memberikan dukungan berkepanjangan untuk pasien yang gagal jantung dan paru-paru.
Pasien ini sembuh setelah dua minggu perawatan dan pria itu akhirnya dipulangkan pada 27 Januari tanpa biaya untuk terapi mahal.
Kini kebanyakan pasien yang tetap di rumah sakit adalah lansia, yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah serta memiliki berbagai masalah kesehatan lain.
“Saya memiliki pasien yang telah berada di ICU selama dua bulan dan kehidupan mereka bergantung pada mesin. Saya tidak optimis dengan kondisi mereka,” kata seorang dokter dari Beijing yang telah membantu staf medis di Wuhan sejak pertengahan Januari.
"Saya tidak tahu kapan saya bisa kembali ke rumah, tetapi saya tidak akan meninggalkan Wuhan sampai semua kasus parah membaik atau mati," kata dokter, yang meminta tidak disebutkan namanya.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)