"Korban sempat dibawa ke RSUD Ujungberung namun nyawanya tidak tertolong," kata Solehudin.
Solehudin juga mendapatkan informasi bahwa sang bocah digigit ular welang bewarna hitam dan putih, yang ditemukan korban di masjid dekat rumah.
Ekologi dan perilaku Ular Weling
Ular jenis ini banyak ditemui di hutan dataran rendah, perbukitan, dan di perkebunan dengan ketinggian hingga 1.200 mdpl.
Selain itu Ular Weling menyukai lokasi hutan yang kering dan panas seperti hutan mangrove, semak belukar, perkebunan atau lahan pertanian.
Ular Weling juga kerap ditemukan muncul di pemukiman warga.
Ular Weling beraktifitas pada malam hari dan sebenarnya tidak agresif.
Makanan ular ini adalah kadal, amfibi, mamalia kecil, dan bahkan ular.
Ketika merasa terganggu, Ular Weling akan melilit longgar dan menyembunyikan kepala di bawah tubuhnya.
Ular Weling tidak akan menggigit apabila tidak diganggu secara terus menerus.
Ular Weling bereproduksi dengan bertelur, sekitar 10 butir setiap kali bertelur.
Ular Weling memiliki bisa yang sangat beracun, bahkan lebih kuat daripada Ular Kobra (Naja kaouthia).
Racun Ular Weling bersifat neurotoksik dan menyerang sistem saraf manusia, mematikannya.
Koma, kematian otak, dan mati lemas karena kelumpuhan otot dan saraf yang diperlukan untuk fungsi-fungsi penting seperti diafragma, dan atau jantung, sering menjadi penyebab kematian.
Apabila tidak diobati, dapat terjadi kematian dalam 12 hingga 24 jam.
Biasanya rasa sakit tidak dirasakan di lokasi gigitan.
Bahkan jika diobati, ada kemungkinan 50% dari korban gigitan akan menyerah pada efek racun, biasanya mati karena respirasi berhenti ketika diafragma berhenti.
Ular Weling jarang menggigit pada siang hari, umumnya terjadi pada malam hari.
Ada penawar racun khusus yang bisa diberikan untuk mengobati gigitan Ular Weling.
Jika tidak memiliki obat penawar racun Ular Weling, bisa menggunakan alternatif yaitu penawar racun Ular Harimau.
(TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi/Indah, TribunJabar.id)