TRIBUNNESWIKI.COM - Negara Matahari Terbit, Jepang dilanda bencana badai topan raksasa yang disebut Typhoon Hagibis.
Badan Meteorologi Jepang beberapa waktu lalu menyatakan bahwa Typhoon Hagibis memiliki kekuatan serupa topan Kanogawa yang melanda Prefektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1958.
Pada kejadian di Kanagawa tersebut badai topan telah menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Typhoon Hagibis diperkirakan akan melintas langsung di atas wilayah Ibu Kota Jepang, Tokyo.
Dilansir Tribunnewswiki.com, otoritas setempat menghentikan segala aktifitas seperti transportasi baik kereta, kereta peluru atau shinkansen, hingga pesawat terbang.
Para turis asing turut diperingatkan untuk selalu memperhatikan informasi cuaca melalui akun Twitter resmi pemerintah seperti 'Japan National Tourism Organization'.
Menteri Kehakiman Jepang juga mendesak agar seluruh turis mengunduh aplikasi 'Safety Tips' yang disediakan oleh Dinas Pariwisata.
Akibat Typhoon Hagibis, pertandingan Piala Dunia Rugby antara Selandia Baru dengan Italia, dan Inggris dengan Prancis dibatalkan.
Baca: Tak Hanya Typhoon Hagibis, Jepang juga Diguncang Gempa 5,7 SR serta Bencana Banjir dan Longsor
Baca: Typhoon Hagibis Diperkirakan Landa Jepang, Kereta Api dan Seluruh Penerbangan Dihentikan Sementara
Tokyo Skytree
Meskipun kini beberapa wilayah di Jepang porak poranda dengan adanya Typhoon Hagibis, bangunan tertinggi dunia, Tokyo Skytree dilaporkan dan diperkirakan masih berdiri kokoh.
Tokyo Skytree adalah objek wisata, observasi dan menara penyiaran yang berlokasi di Sumida Ward Tokyo.
Berdasarkan pantauan Trinunnewswiki dalam laman resmi Tokyo Skytree, tempat tersebut ditutup untuk umum hingga 13 Oktober 2019 mendatang karena Typhoon Hagibis.
Pengelola juga menuliskan informasi bahwa perubahan jadwal dimungkinkan terjadi tergantung dengan kondisi cuaca Jepang.
Dikutip dari japantimes.co.jp, meskipun Jepang kini sedang dilanda kepanikan dan kerusakan akibat Typhoon Hagibis, hal tersebut tidak akan terjadi pada Tokyo Skytree.
Menara setinggi 634 meter yang selesai dibangun pada 2011 tersebut menjadi struktur tertinggi di Jepang sekaligus tertinggi di dunia.
Tokyo Skytree dirancang oleh arsitektur Nikken Sekkei dan dibangun untuk bertahan dari kondisi Jepang yang rawan bencana alam, terutama ancaman gempa bumi dan topan.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Shinkansen (Kereta Peluru Jepang) Resmi Beroperasi Pada 1964
Baca: Topan Hagibis Melanda Jepang, Piala Dunia Rugby dan Grand Prix F1 Jepang Ditunda
Untuk memastikan hal tersebut Tokyo Skytree menggunakan dua bentuk sistem kontrol getaran.
Di puncaknya, Tokyo Skytree memiliki dua sistem tuned mass damper (TMD) yang dipasang oleh Mitsubishi Heavy Industries.
Sebuah TMD diletakkan di ketinggian 625 meter dengan berat 25 ton dan lainnya diletakkan pada ketinggian 620 meter dengan berat 40 ton.
Kedua TMD tersebut bersama-sama akan bertindak sebagai pendulum peredam ketika menara bergetar.