Jangan pernah mengalah.
Kami dari jauh ikut mendoakan.
Saudara-saudaraku di manapun di Nusantara yang bisa membantu, bantu.
Dengan uang kita.
Yang tak bisa (dengan uang), dengan doa.
Doakan dari jauh.
Mudah-mudahan saudara kita, saya hanya sebut Minangkabau, Makassar, Bugis, dan Jawa karena ini (bangsa) yang paling banyak merantau.
Tapi, suku-suku yang lain, kita adalah Nusantara.
Mudah-mudahan, kita tetap disatukan oleh kebhinekaan.
Disatukan oleh Laa ilaha illallah Muhammadar Rasulullah.
Bagi yang seagama, berdoalah, kita disatukan oleh Laa ilaha Illallah.
Bagi yang tidak (seagama), bersatulah, kita disatukan oleh Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terima kasih.
Assalamualaykum warahmatullahi wabaraktuh.
Baca: Korban Tewas Kerusuhan Wamena Bertambah Jadi 32 Orang, Rata-rata Ditemukan Hangus Terbakar
OAP Sembunyikan Warga Pendatang saat Rusuh Wamena
Saat kerusuhan, 23 September 2019 lalu, Erissa menceritakan OAP tersebut menyembunyikan dirinya dan sejumlah rekannya di bangunan seperti honai di belakang rumahnya.
Rumah warga Papua tersebut terletak di belakang kampus.
Saat itu, kampusnya sudah dibakar oleh massa.
“Lokasinya itu tidak sampai tak sampai 200 meter (dari lokasi pembakaran rumah). Sudah terasa panasnya. Jika tempat (sembunyi) ini ketahuan, pasti dibakar. Saat mereka datang, mungkin akan dibinasakan entah di bacok parang, kapak, di aniaya atau dibakar hidup-hidup,” kata Erissa.
Errisa bahkan sempat berpikir untuk bunuh diri jika ketahuan oleh perusuh.