TRIBUNNEWSWIKI.COM - Polda Sumatera Selatan telah menetapkan tersangka kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Perusahaan PT Bumi Hijau Lestari (BHL) ditetapkan sebagai tersangka kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Sementara itu, polisi juga menetapkan Direktur Operasional PT BHL yang berinisial AK sebagai tersangka.
"(Tersangka) inisial AK (Alvaro Khadafi) sebagai Diropsnal PT BHL (Bumi Hijau Lestari)," ujar Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Supriadi, dikutip dari Kompas.com, Selasa (17/9/2019).
Kepolisian menyebutkan perusahaan tersebut ditetapkan sebagai tersangka karena lalai mencegah terjadinya kebakaran.
Perusahaan tersebut tidak menyiagakan petugas pemadaman kebakaran untuk mencegah kebakaran.
"PT BHL mengelola kawasan hutan produksi (di) Lalan, dianggap lalai dalam mencegah terjadinya kebakaran, petugas pemadam hanya 6 orang untuk bertanggung jawab terhadap lahan seluas sekitar 2.500 hektar," ujar dia.
Sementara itu, terdapat 5 perusahaan dan 218 orang yang ditetapkan sebagai tersangka karhutla di Sumatera dan Riau.
Dikutip dari Kompas.com, Polda Riau menetapkan 47 tersangka.
Baca: Fahri Hamzah Kembali Kritik Jokowi soal KPK: Pak Jokowi Merasa KPK adalah Gangguan
Baca: Minta Pemerintah segera Sikapi soal Kabut Asap, Uya Kuya: Kondisi Ini Jadi Perhatian Luar Biasa
Salah satu perusahaan yang menjadi tersangka ialah PT Sumber Sawit Sejahtera (SSS).
Selanjutnya, untuk daerah Sumatera Selatan, ada 27 tersangka individu lain.
Lalu, terdapat sebanyak 14 tersangka terkait karhutla di Jambi dan 4 tersangka di Kalimantan Selatan.
Untuk daerah Kalimantan Tengah, polda setempat menetapkan 65 orang dan PT Palmindo Gemilang Kencana (PGK) sebagai tersangka.
Terakhir, sebanyak 61 tersangka dan dua korporasi menjadi tersangka di Kalimantan Barat.
Dua perusahaan yang menjadi tersangka di Kalbar yakni PT SISU dan PT SAP.
Saat ini, aparat kepolisian beserta TNI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan pemerintah daerah berusaha menangani karhutla tersebut.
Dampak dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)
1. Satwa Liar Mati
Akibat dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu menyebabkan matinya berbagai jenis tanaman, serta mengganggu pernapasan.
Selain itu satwa liar di hutan Kalimantan juga banyak yang mati karena tak bisa menghindar dari kebakaran.
Kebakaran hutan dan lahan tersebut banyak memakan korban, seperti Ular langka berukuran raksasa.
Selain itu, ular paling beracun di dunia yakni King Kobra juga banyak ditemukan mati terbakar.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah : 17 September 1978, Perjanjian Camp David antara Israel dan Mesir
Baca: Tidak Hanya Pengabdi Setan, Tara Basro Berperan di Perempuan Tanah Jahanam: Ini Lebih Menyeramkan
2. Penerbangan Terhambat
Sejumlah penerbangan mengalami keterlambatan yang diakibatkan dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Dikutip dari Kompas.com, Corporate Communication Strategic Lion Air, Danang Mandala Prihantoro menuturkan, dampak asap karhutla menyebabkan jarak pandang menjadi terbatas.
Pesawat Lion Air yang mengalami keterlambatan hingga tadi pagi pukul 10.30 WIB antara lain satu penerbangan dari Makassar ke Pontianak.
Lalu dua penerbangan dari Pontianak ke Soekarno-Hatta, kemudian tiga penerbangan dari Soekarno Hatta ke Pontianak, dan satu penerbangan dari Surabaya ke Pontianak.
Adapun maskapai lain yang mengalami keterlambatan adalah Wings Air penerbangan Pontianak ke Ketapang, lalu penerbangan Ketapang ke Pontianak, dan pesawat penerbangan dari Pontianak ke Sintang.
Baca: Disindir John de Rantau karena Fotonya Dinilai Vulgar, Shandy Aulia Beri Tanggapan Tegas
Pesawat Wings Air lain yang mengalami keterlambatan adalah penerbangan dari Sintang ke Pontianak dan penerbangan Pontianak ke Kuching, Malaysia.
Sedangkan dua pesawat mengalami pembatalan, yakni pesawat Wings Air penerbangan Surabaya ke Sampit dan pesawat penerbangan Sampit menuju ke Surabaya.
Namun ia menambahkan, penerbangan dari Surabaya ke Palangkaraya sudah lepas landas.
3. Warga Terserang ISPA
Menurut catatan Harrison, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengakibatkan sedikitnya 6.025 warga menderita infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA).
Dia merinci, penderita ISPA tersebut meliputi bayi di bawah 5 tahun, anak-anak, dewasa dan orang lanjut usia.
"Data ini jumlah penderita ISPA di seluruh Kalbar, dalam rentang waktu minggu ke-37 sejak bencana karhutla," kata Harrison, Senin (16/9/2019).
4. Seorang Balita Meninggal
Dikutip dari Kompas.com, Elsa Pitaloka, seorang bayi berusia 4 bulan mengalami pilek, batuk, dan perut kembung.
Elsa Pitaloka meninggal karena diduga terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan yang melanda kampung mereka dalam tiga hari terakhir.
Elsa dinyatakan meninggal sebelum sempat dirujuk ke Rumah Sakit Muhammad Hoesin.
Baca: Singapura Bentuk Satgas dan Tawarkan Bantuan ke Indonesia terkait Kabut Asap
"Dokter bilang ada gangguan pernafasan, karena terkena ISPA. Saya sudah ikhlas menerimanya," jelas Ngadirun.
Namun, hal tersebut ditanggapi oleh Gubernunr Sumatera Selatan, Herman Deru.
Menurutnya, belum tentu karhutla menjadi penyebab bayi tersebut menderita ISPA.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/AFITRIA CIKA)