Kisah Narapidana ISIS Asal Australia: Mengaku Direkrut dalam Acara Amal & Diizinkan Tentara Turki

Seorang narapidana ISIS asal Australia Jamil Ahmad Shqeir mengaku direkrut dalam acara amal untuk bergabung menjadi kombatan ISIS di Suriah


zoom-inlihat foto
jamil-ahmad-shqeir.jpg
North Press Agency
Narapidana anggota ISIS asal Australia, Jamil Ahmad Shqeir


Sedangkan anaknya yang paling muda tidak pernah mengenal ayahnya, karena dilahirkan di kamp penangkapan dan markas ISIS.

"Tak mengetahui sesuatu adalah hal yang "sangat berat, sangat memberatkan bagi kami semua", kata Hayfa.

"Dia (anaknya) mirip seperti ayahnya, matanya, mulutnya. Saat aku liat dia (anaknya), aku merasa suamiku bersamaku kembali", kata Hayfa.

Kami hanya berusaha mencari jalan untuk bertahan hidup.

Sudah lima tahun lamanya sejak keluarga Hayfa hancur karena tindakan genosida ISIS terhadap orang-orang Yazidi di Irak utara dan Suriah.

Dilaporkan oleh ABC, sekitar 7.000 (tujuh ribu) anggota etnis dan agama yang minoritas di sana dibunuh, sementara 3.000 (tiga ribu) lainnya hilang.

Dituturkan olehnya saat penangkapan terjadi, ia sedang hamil tua dan berada di Desa Kocho, tempat di mana ia, suami, dan, putra pertamanya tinggal.

"Saya sudah menyiapkan makan siang untuk" katanya.

"Sekitar tengah hari, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu."

"Paman dari suami saya berlari ke arah kami sambil berkata, 'ISIS ada di Kocho'."

Kelompok ISIS tersebut kemudian menggiring 1.200 penduduk kota menuju sebuah bangunan sekolah setempat.

Di bangunan sekolah setempat ini, para warga disuruh masuk Islam, namun tidak ada yang mau.

Kemudian berdasarkan kesaksiannya, para suami dibawa ke suatu tempat tertentu.

Hayfa menerima laporan dari saksi mata, menurutnya para pria tersebut dibawa pergi dan ditembak.

Terlepas dari kebenaran laporan yang ia dapatkan, Hayfa tetap yakin pada harapannya bahwa ia akan melihat suaminya kembali sedia kala dan bahagia dalam hidupnya.

Pada suatu hari di bulan Agustus 2014, sesuai penuturan Hayfa kepada ABC, selama lebih dari dua tahun ia bersama dengan para perempuan Yazidi (suatu kelompok dengan gabungan ajaran Syiah dan Sufi Islam) diperdagangkan di antara para militan ISIS di Irak dan Suriah

Diakui olehnya bahwa ia diperjual belikan sekitar 20 kali.

"Banyak orang membawa saya, menyiksa saya, memukul saya," ungkap Hayfa.

Ditutukan olehnya, ia sempat berontak terhadap kelompok yang menawannya kapanpun ia punya kesempatan

Ia juga sempat menolak perintah mereka untuk membuka pakaiannya saat ditawarkan ke calon pembeli





Halaman
1234
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved