TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ketika bicara kopi di Jawa Tengah, mungkin kebanyakan lebih sering mendengar kopi Temanggung, atau beberapa ada yang sempat mendengar kopi Muria dan Wonosobo.
Namun, ternyata di bagian timur provinsi Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Karanganyar juga memiliki kopi khas.
Adalah Dofi Meihantara, penggiat kopi yang prihatin dengan merosotnya kualitas kopi Karanganyar menceritakan bagaimana dirinya dan beberapa teman membantu petani kopi Karanganyar, saat ditemui di acara Weekly Coffee Cupping di kedai kopi Kelana, Solo, Jumat (9/8/2019).
Baca: Kelana oleh Sekutu Kopi
Dahulunya kopi di kaki Gunung Lawu ini sempat terkenal, namun kemudian terpuruk dan membuat banyak petani yang mengganti kebun kopi mereka dengan tanaman karet, membuat nama kopi Karanganyar tak terdengar gaungnya lagi.
Kemudian kurang lebih empat tahun lalu, Dofi yang merupakan penggiat kopi menyusuri kabupaten Karanganyar untuk mencari petani kopi yang masih eksis di sana.
Pemuda umur 26 tahun ini menemukan beberapa kebun kopi yang ada di Kabupaten Karanganyar dan memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam penanganan kebun-kebun kopi ini.
Dofi dan beberapa orang teman sesama penggiat kopi ingin mengangkat potensi kopi lokal Karanganyar.
Melalui kompetisi kopi yang diadakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah beberapa waktu lalu, Dofi dan teman-temannya membawa kopi Jenawi, Karanganyar ikut berkompetisi di acara tersebut.
Alhasil, kopi Jenawi yang dibawanya tak kalah dengan kopi daerah lain, kopi ini berhasil menyabet juara 3 dari 26 kabupaten se-Jawa Tengah yang ikut ambil bagian dalam kompetisis tersebut.
Hal ini merupakan hasil dari kerja keras Dofi dan teman-temannya membantu petani kopi Jenawi untuk menghasilkan kopi yang lebih berkualitas.
Hingga kini, setidaknya ada enam kebun kopi yang berada di bawah binaan Dofi dan kawan-kawan.
Baca: Sadari Kopi
Baca: Sajikan Menu Terjangkau dan Universal, Sadari Kopi Digandrungi Mahasiswa
Terjun langsung ke kebun
Awalnya petani kopi di Jenawi hanya menanam saja, tanpa tahu bagaimana cara merawatnya dengan baik.
Petani tersebut hanya merawat seadanya, kopi dipanen secara manual, biji kopi tidak mengalami penyortiran yang baik, sehingga masih banyak green beans yang tidak begitu memiliki kualitas yang baik.
Biji kopi yang berkualitas buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi konsumennya nanti.
Dofi bersama Hari Saputro, seorang teman yang juga membantunya terjun langsung ke kebun kopi milik petani, memberi edukasi tentang perawatan pohon kopi.
Berangkat dari keprihatinan akan hal yang sama, Hari akhirnya mau ikut bergabung dengan Dofi.
“Kita kan punya kebun sendiri, di daerah kita sendiri, kenapa kok nggak ada yang mengelola,” ujar Hari.
Mereka ikut membersihkan pohon-pohon kopi yang rusak, yang terjangkit hama dan penyakit, membersihkannya dari parasit.
Juga memilah pohon penaung yang tumbuh di sekeliling tanaman kopi agar tak terkena sinar matahari langsung.
Baca: Beda dari Kedai Kopi Lain, Hippusuta Usung Konsep Ala Coffee Shop Jepang dan Utamakan Take Away
“Pohon penaung (tanaman kopi) itu nggak bisa sembarangan juga, kita harus pilah-pilah, maksudnya kita nggak boleh menanam pinus. Itu kan termasuk pohon rakus (menyerap) air,” jelas Dofi.
Selain itu, untuk menjadi pohon penaung, sebaiknya memilih tanaman yang memiliki pertumbuhan yang cepat.
Beberapa pohon yang dianjurkan untuk menjadi penaung tanaman kopi dapat meliputi pohon buah-buahan, pohon Lamtoro, ataupun pohon Sengon.
Mereka juga membuat saluran pengairan untuk kebun kopi tersebut.
Aksi-aksi ini dilakukan dengan cara charity atau penggalangan dana sukarela dari kawan-kawannya sesama pecinta kopi.
Baca: Nama Menu Unik Sadari Kopi, Solo Banget!
Hasil lomba dikembalikan ke petani
Tak hanya tahun ini, pada tahun 2018 lalu Dofi juga ikut serta membawa kopi Karanganyar dalam kompetisi, tepatnya dari Desa Gondosuli, Tawangmangu. Kopi Gondosuli ini meraih juara harapan 2.
Dari hasil kompetisi kopi yang diikutinya tersebut, Dofi dan temantemannya sepakat untuk membeli pulper, mesin pengupas kulit buah kopi kemudian diberi kepada petani.
Sedangkan untuk tahun ini, giliran kopi Jenawi yang mendapatkan juara 3.
Hadiah uang tunai yang didapatkan kemudian digunakan untuk membeli huller atau pengupas kulit ari kopi yang juga diserahkan kepada petani untuk digunakan.
“Kita bukan yang kalau menang uangnya dimakan (digunakan) sendiri, itu enggak. Dibalikin ke sana (petani kopi) lagi. Kita dapet itu (hadiah) juga dari sana (perkebunan kopi),” tutur Hari.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Niken Aninsi)