"Salah satu firasat itu adalah burung yang masuk ke kamar rumah di Banten dan kemudian pergi lagi," imbuh Ismed.
Kini, Ismed hanya bisa menahan kepiluannya lantaran ditinggal pergi sang putri.
"Sebelum anak saya meninggal, saya sempat merasa ada firasat namun saya hiraukan saja," akui Ismed.
Di sisi lain, Levi Aprolida, ibu angkat Resti Widia (30), mengungkapkan percakapan terakhir dengan keponakannya sebelum ditemukan tewas di kosnya di Jambi, pada Rabu (25/9/2024) malam.
Levi mengaku ia dan Resti memang sering bertukar kabar dan curhat dengan keponakannya tersebut.
Satu minggu sebelum kejadian, dalam sambungan telepon itu, Resti menyampaikan bahwa ada sekelompok orang mau membunuhnya.
"Dia cerita telepon, 'tante kayaknya ada sekelompok orang mau membunuh Restu' itu sudah seminggu yang lalu," kata Levi Aprolida, dilansir dari KompasTV, dikutip Sabtu, (28/9/2024).
Merasa takut, sang tante pun sempat menawarkan pindah ke rumahnya atau pindah kos.
Namun tawaran tersebut ditolak Resti lantaran ia merasa tidak memiliki masalah apapun kepada orang.
"Di kosan itu pindah aja aku bilang kan atau ke rumah tante aja, dia 'enggak lah te, Resti gak merasa bersalah jadi enggak takut'," katanya mengingat percakapan Resti.
Padahal rencananya, korban akan pergi ke rumah tantenya tepat di malam jasadnya ditemukan di kamar kos.
"Namanya dia kerja kayak gitu dia ngomong ada tamu yang mau datang (ke kos), setelah itu gak komunikasi lagi," ujar Levi
Saat dihubungi kembali, nomor Resti sudah tidak bisa diakses.
"Jam 6 pagi saya telpon lagi padahal saya gak pernah komunikasi pagi karena hati saya gelisah, gak bisa masuk lagi karena nomor itu tidak terdaftar lagi," ungkap Levi.
Keluarga lain pun bahkan kesulitan saat menghubungi korban.
Hingga akhirnya, salah satu kerabat mendatangi kosan dan curiga lantaran tidak menemukan korban.
Diketahui, mayat Resti Widia ditemukan di dalam lemari pakaian kamar kos di kawasan Kelurahan Pakuan Baru, Kecamatan Jambi Selatan, Rabu (25/9/2024) malam.
Baca berita terkait Resti Widia di sini