Rekam Jejak Politik Wanda Hamidah, Tinggalkan Golkar Sembari Pasang Peringatan Darurat Garuda Biru

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktris Wanda Hamidah resmi menjadi kader Partai Golkar saat ditemui di acara Konsolidasi Nasional Golkar, di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (20/10/2022).

Sebelum terjun ke politik, Wanda adalah sosok vokal dalam gerakan reformasi.

Pada tahun 1998, sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta, ia turut berperan dalam upaya menggulingkan rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto.

Bersama rekan-rekannya, Wanda terlibat dalam demonstrasi untuk memperjuangkan perbaikan pemerintahan di tengah krisis moneter yang melanda rakyat.

Wanda juga tegas menolak rezim otoriter, mengkritik keras penculikan aktivis, pembatasan kebebasan berbicara, hingga pelarangan buku oleh pemerintah.

"Kita tahu para aktivis kritis pada saat itu diculik, disiksa, dan banyak yang meninggal. Risiko-risiko itu harus kita hadapi, karena pada saat itu sangat menegangkan dan menakutkan ketika kita bersikap kritis terhadap pemerintah," ujar Wanda dalam pernyataannya pada 1 Oktober 2019, dikutip dari laman resmi Partai Nasdem.

Setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998, Wanda aktif menyuarakan agenda reformasi dan penegakan hak asasi manusia (HAM), bahkan dipercaya sebagai juru bicara Tim Penuntasan Tragedi Berdarah Trisakti.

Wanda berjanji untuk melanjutkan perjuangan rekan-rekannya yang gugur.

"Saya berjanji akan meneruskan perjuangan mereka," kata Wanda seperti diberitakan Harian Kompas pada 7 Juni 2011.

Wanda Hamidah (Instagram/wanda_hamidah)

Wanda juga mengecam keputusan Salahudin Wahid, Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) saat itu, yang menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Wiranto dalam Pilpres 2024 yang diusung Partai Golkar.

Saat itu, Wanda khawatir jika Wiranto dan Gus Solah terpilih, agenda reformasi akan semakin jauh dari harapan.

Bergabung dengan PAN

Keterlibatan Wanda dalam gerakan reformasi membuatnya bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN), sebuah partai yang dibentuk oleh tokoh reformasi, Amien Rais.

Sejak akhir 1998, Wanda sudah aktif menjadi juru kampanye PAN. Partai berlambang matahari putih itu sendiri lahir setelah runtuhnya kekuasaan Soeharto pada Agustus 1998.

"Secara struktural saya tidak masuk dalam kepengurusan PAN, tetapi kadangkala diundang untuk dialog pemuda," kata Wanda seperti diberitakan Harian Kompas pada 26 Mei 1999.

Di bawah bendera PAN, Wanda masih lantang menyuarakan perubahan dari rezim Soeharto, bahkan menyebut bahwa masyarakat kini merupakan korban dari Orde Baru.

"Kita mengimbau masyarakat untuk tidak memilih partai-partai status quo, karena dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat," ujarnya, dikutip dari Harian Kompas edisi 26 Mei 1999.

Wanda menjabat sebagai Bendahara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN selama periode 2006-2010.

Pada 2009, dia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta dari PAN, duduk di Komisi E yang membawahi bidang kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan.

Namun, perjalanan politik Wanda bersama PAN terhenti pada September 2014 setelah 16 tahun, karena dukungannya kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014, berlawanan dengan sikap resmi PAN yang mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Wanda menyatakan tidak menyesal dipecat dari PAN, karena dukungannya kepada Jokowi dinilai sejalan dengan semangat reformasi yang diusung PAN.

Halaman
123


Penulis: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer