Viral Ramai Anak Cuci Darah di RSCM, Ikatan Dokter Anak Indonesia Ungkap Fakta Ini

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Cuci Darah

Jika ginjal tidak bekerja dengan benar, limbah menumpuk dalam darah, yang bisa menyebabkan koma dan kematian. 

Cuci darah dengan menggunakan metode hemodialisa (Grid.id)

Dialisis mencegah limbah dalam darah mencapai tingkat berbahaya dan bisa menghilangkan racun atau obat-obatan dalam keadaan darurat.

Jenis Cuci Darah

1. Hemodialisis Intermiten

 - Darah diedarkan ke luar tubuh melalui mesin dengan filter khusus yang membuang produk limbah dari darah. Hemodialisis dilakukan maksimal tiga kali seminggu, selama 3-4 jam per sesi, tergantung kondisi ginjal dan berat cairan yang diperoleh di antara perawatan.

2. Dialisis Peritoneal

- Larutan dialisat steril dialirkan ke dalam rongga peritoneum, rongga tubuh perut yang mengelilingi usus.

Larutan dibiarkan dalam rongga peritoneum selama beberapa waktu, sehingga dapat menyerap produk-produk limbah, dan kemudian dikeringkan melalui tabung.

 Ada dua tipe utama dialisis peritoneal:

 - Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD): Tidak memerlukan mesin, dilakukan oleh pasien atau pengasuh.
 - Continuous Cycling Peritoneal Dialysis (CCPD): Menggunakan mesin untuk bertukar cairan, biasanya dilakukan setiap malam.

Dialisis peritoneal cocok untuk pasien yang merasa hemodialisis terlalu melelahkan, seperti orang tua, bayi, dan anak-anak.

Dialisis Sementara

Kadang-kadang dialisis diberikan untuk jangka waktu terbatas, seperti pada kondisi ginjal akut, konsumsi zat beracun, cedera ginjal traumatis, atau penyakit jantung kronis.

Risiko dan komplikasi meliputi hipotensi, kram, mual, muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, rasa gatal, serta demam dan menggigil. 

Dalam beberapa kasus, ginjal pulih dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)



Penulis: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer