"Saya mencurigai CCTV itu didapatkan setelah para pelaku yang diamankan oleh Pak Rudiana itu ditahan kemudian jadi tersangka," ucap Toni RM.
Kemudian beredar foto pada babak belur, artinya sudah terlanjur orang-orang itu ditersangkakan, kemudian CCTV itu didapat, sehingga tidak dimunculkan dan dilampirkan sebagai barang bukti sehingga di persidangan polisi mengatakan CCTV ada di lokasi kejadian namun belum dibuka.
Pakar telematika Roy Suryo sepakat dengan pendapat Toni RM.
Roy mengatakan kalau rekaman CCTV berisi data yang menguntungkan penyidikan seharusnya diungkap, bukannya ditutupi.
"Kalau CCTV itu mengungtungkan penyidik pasti ditampilkan, tapi kalau tidak nah," kata Roy Suryo.
Diketahui dalam putusan pengadilan, dua anggota polisi mengungkapkan berbeda terkait mengapa tidak menanyangkan CCTV.
Salah seorang polisi menyebut rekaman CCTV di tujuh lokasi terlihat gelap sehingga tak jelas merekam kejadian.
Lalu polisi yang lain menyebut tak memiliki kemampuan atau keahlian untuk mengakses CCTV.
Roy Suryo menilai alasan tersebut sangat konyol.
"Alasannya konyol kalau tidak ada yang bisa membuka CCTV. Sangat tidak sulit, sangat gampang," kata Roy Suryo.
Inilah momen Dede mengikuti skenario Aep dan Iptu Rudiana terkait dengan adanya aksi kejar-kejaran sepeda motor , pelemparan baru dan juga ada tang membawa bambu .
Tiga kalimat itu ada di dalam BAP yang menguatkan polisi menahan delapan terpidana kasus pembunuhan Vina dan Eky .
Skenario tersebut diucapkan oleh Aep dan Iptu Rudiana dan Dede harus mengikutinya .
" Ya disebutkan ada pengejaran , ada pelemparan dan ada yang membawa bambu pada malam itu ' ungkap Dede saat diwawancara Dedi Mulyadi .
Dede muncul ke publik setelah lama menghilang .
Dede adalah teman Aep di cucian mobil .
Jadi Dede sangat tahu apa yang terjadi di malam tanggal 27 Agustus 2026 silam sebelum Vina dan Eky ditemukan meninggal dunia .
Dede dengan lugas mengatakan semua kesaksiannya tahun 2016 silam adalah bohong .
Ia hanya mengikuti apa yang diskenariokan Aep dan Iptu Rudiana .