Sosok Putu Satria, Taruna STIP Tewas Dihajar Senior di Toilet Kampus, Ulu Hati Lebam Dipukul 5 Kali

Penulis: Ika Wahyuningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Putu Satria, Taruna STIP Tewas Dihajar Senior di Toilet Kampus, Ulu Hati Lebam Dipukul 5 Kali

Hal tersebut diungkapkan Tegar Rafi Sanjaya saat diperiksa pihak berwajib.

Pukulan yang dilakukan Tegar bertujuan untuk memberikan hukuman kepada juniornya tersebut.

Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, mengatakan Tegar melakukan pemukulan sebanyak lima kali dan mengenai ulu hati korban.

"Ada penindakan terhadap junior, karena dilihat ada yang salah menurut persepsinya senior, sehingga dikumpulkan di kamar mandi," ungkapnya, Sabtu (4/5/2024), dikutip dari TribunJakarta.com.

Saat kejadian, korban bersama empat rekannya seangkatan, sedangkan pelaku juga bersama empat rekannya.

"Yang dikumpulkan kamar mandi ini ada lima orang, nah korban ini adalah orang yang mendapatkan pemukulan pertama dan yang empat belum sempat," bebernya.

Hukuman fisik yang diberikan senior ke junior disebut sebagai tradisi taruna.

Korban tewas saat mengenakan baju olahraga STIP Jakarta.

Baju berwarna oren dengan tulisan 'Zero Violence' menjadi salah satu barang bukti kasus ini.

Baca: Segini Gaji Suster Biadab yang Tega Aniaya Cana Anak Emy Aghnia secara Brutal, Ternyata 2 Digit

Tulisan dalam baju tersebut berisi pesan tak adanya kekerasan di lingkungan STIP Jakarta.

Sementara itu, I Ketut Suastika, ayah Putu Satria tak kuasa menahan tangisnya saat menceritakan penyebab kematian putranya.

Suastika sendiri juga ini tak menyangka, anaknya yang berangkat menuntut ilmu kini pulang tinggal jasadnya saja.

Selama bertahun-tahun membesarkan sang putra, justru ia harus kehilangan putra sulungnya dengan cara yang tragis.

"Keluarga sangat terpukul dengan kejadian ini.

Terlebih kematian anak saya dengan cara seperti ini," ujar Suastika sembari terisak berusaha menahan tangis kepada Tribun Bali di rumah duka.

Suastika pun menuntut aparat berwenang bisa membuka kasus ini secara terang menderang, serta hukum bisa ditegakkan.

"Saya harap pelaku mendapat ganjaran setimpal untuk memberi efek jera, dan tidak ada lagi kekerasan di dunia pendidikan," ungkapnya.

Pihak keluarga juga menyayangkan, ada stetatmen dari pihak STIP, yang seakan-akan "cuci tangan" dengan kekerasan yang ada di lingkungan kampus tersebut.

"Mudah-mudahan kedepannya sekolah kedinasan tidak ada lagi korban.

Cukup yang terakhir anak saya yang menjadi korban," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Halaman
1234


Penulis: Ika Wahyuningsih
BERITA TERKAIT

Berita Populer