Sekhezatulo Ndruru mengungkapkan tragedi kekerasan yang menimpa Yaredi hingga menyebabkan kematiannya setelah menerima hukuman dari kepala sekolah pada Sabtu (23/3/2024) pagi.
Pada saat itu, Yaredi bersama dengan rekan-rekannya sedang melakukan kegiatan lapangan di Kantor Camat Sidua’ori, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
Mereka diminta oleh wakil camat untuk memindahkan generator listrik.
”Ada beberapa siswa yang bersedia dan beberapa lainnya tidak bersedia untuk memindahkan generator karena dianggap terlalu berat. Namun, akhirnya mereka tetap memindahkan generator tersebut. Namun, wakil camat melaporkan kepada kepala sekolah bahwa anak-anak sulit diarahkan,” kata Sekhezatulo, yang dikenal dengan nama panggilan Hasrat, ayah dari Yaredi, Kamis (18/4/2024).
Baca: KRONOLOGI Siswa SMP Ngawi Kejang usai Ditendang Teman, Kepala Sekolah Malah Sebut Tak Sengaja
Berdasarkan informasi dari teman-teman anaknya, Hasrat menyimpulkan bahwa Yaredi adalah salah satu yang pertama kali dipukul oleh Safrin Zebua.
Kemudian, siswa lainnya juga menerima hukuman yang sama dari Safrin Zebua.
Hasrat menyatakan, Safrin Zebua menyerang Yaredi di area kening dengan kekuatan yang cukup besar.
Tidak ada tanda-tanda memar setelah serangan itu, namun kening Yaredi membengkak sebagai akibatnya.
Yaredi tidak segera menceritakan insiden tersebut kepada orang tuanya.
Dia hanya mengeluhkan sakit kepala kepada ibunya yang baru saja kembali dari ladang pada sore hari itu.
Pada saat itu, Yaredi belum mengungkapkan bahwa dia telah diserang oleh kepala sekolah.
Ibunya memberikan obat pereda sakit kepala kepada Yaredi.
Namun, seminggu kemudian, sakit kepala Yaredi tidak kunjung mereda dan bahkan semakin parah.
Dia meminta izin untuk tidak masuk sekolah karena tidak mampu menahan rasa sakit yang semakin parah.
Pada Jumat (29/3/2024), Yaredi mengalami demam tinggi.
Setelah demamnya turun, dia akhirnya mengaku kepada orangtuanya bahwa dia telah diserang oleh kepala sekolahnya.
Safrin kemudian menanyai teman-teman Yaredi, yang mengungkapkan bahwa mereka juga pernah dihukum oleh kepala sekolah satu minggu sebelumnya.
Baca: Polisi Resmi Tetapkan 12 Orang Tersangka Kasus Bully di SMA Binus, Begini Nasib Anak Vincent Rompies
Karena kondisinya semakin memburuk, Yaredi dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Thomsen Gunungsitoli pada Selasa (9/4/2024).
Namun, meskipun mendapatkan perawatan di rumah sakit, kondisinya tidak kunjung membaik.
Hasil foto rontgen kepala dan pemeriksaan fisik oleh dokter mengindikasikan adanya pendarahan atau pembekuan darah di kepala Yaredi.