Secara tersirat kolak menganjurkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, yakni Allah.
3. Mengingatkan pada kematian
Dalam kolak kita bisa menemukan banyak jenis isian, seperti pisang dan ubi.
Ubi menjadi salah satu bahan utama yang tidak pernah tertinggal dalam hidangan kolak.
Mengapa demikian?
Menurut orang Jawa, ubi masuk dalam jenis makanan polo pendem atau yang tumbuh di bawah tanah.
Artinya, ketika menyantapnya, kita harus ingat bahwa suatu saat kita pasti akan seperti ubi.
Baca: Resep Es Kolak, Isian Komplet, Cocok Disajikan untuk Takjil Buka Puasa
Manusia pada hakikatnya akan sama seperti ubi, yakni dikubur di dalam tanah.
Para wali menganjurkan adanya pertaubatan di setiap sendok kolak yang kita makan.
Pasalnya, kematian mungkin saja akan datang semudah kita menyantapnya.
Selain ubi, pisang juga menjadi makanan yang selalu ada dalam kolak.
Dari sekian banyak jenis pisang, pisang kepok lah yang terpilih menjadi bahan isian kolak yang pas.
Kepok pada pisang kepok merujuk pada istilah ‘kapok’ yang dalam bahasa Jawa berarti menyesal atau jera.
Hal ini mengajarkan bahwa setiap kali menikmatinya, kita harus selalu ingat untuk takut akan dosa dan tidak lagi melakukan hal-hal yang membuat kita berdosa.
Dari semua bahan untuk membuat kolak, santan menjadi bahan sentral.
Santan akan menjadi kuah yang akan menyiram berbagai isian kolak.
Dalam bahasa Jawa Santan disebut dengan ‘santen’ yang merupakan kependekan dari ‘pangapunten’ atau ‘maaf’.
Jadi, ketika kita meminum kuah kolak tersebut, ingatlah kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.