Walaupun produk fast fashion masih mendominasi lantaran harganya yang murah, banyak konsumen telah menjauhinya lantaran kualitas yang rendah dan proses produksi yang tidak etis.
Produk sustainable fashion saat ini juga diarahkan kepada produk lokal dengan ketahanan dan kualitas yang baik, serta diproduksi dalam jumlah yang terbatas sehingga diharapkan memiliki jejak karbon lebih kecil daripada produk buatan luar negeri.
Produk sustainable fashion yang inovatif juga menghadirkan banyak pilihan untuk konsumen, terutama bagi konsumen berkebutuhan khusus.
Pakaian dan produk fesyen lainnya akan semakin adaptif sesuai kebutuhan konsumen yang kian beragam, dan hal ini merupakan tanda bagi pelaku bisnis fesyen untuk lebih jeli membaca pasar dan terus berinovasi mengembangkan produknya.
Dalam 5 tahun terakhir penyelenggaraan Diplomat Success Challenge (DSC) dari Wismilak Foundation sebagai program dan ekosistem kewirausahaan terbesar di Indonesia, fesyen selalu menempati posisi 3 teratas dari kategori bisnis yang diikuti oleh peserta.
“Tahun 2021 lalu, terdapat 19,5 persen bisnis fesyen dari 18.233 ide bisnis yang disubmit. Banyak di antaranya merupakan bisnis fesyen dengan model yang berkelanjutan, dan hal ini sangat menggembirakan. Di DSC 2022 ini, tentunya kami mengharapkan akan semakin banyak pelaku bisnis fesyen yang lestari, yang tidak hanya mementingkan profit tapi juga memperhatikan aspek-aspek ekonomi sirkular dalam bisnisnya,” ungkap Edric Chandra.
DSC 2022 lewat jargon Wujudkan Visi Bisnismu #BikinGebrakan, mendorong lebih banyak lagi ide bisnis berkelanjutan sebagai upaya berkontribusi dalam mempercepat Sustainable Development Goals (SDGs).
Kemudian, Ide Bisnis, Ekosistem Wirausaha / Entrepreneur Ecosystem.
Sustainable fashion sendiri dapat memenuhi beberapa aspek sekaligus dalam SDGs, terutama hal-hal yang berhubungan konsumsi yang bertanggung jawab, mengurangi dampak perubahan iklim, hingga pekerjaan layak dan perkembangan ekonomi.
Melihat banyaknya potensi bisnis sustainable fashion saat ini, baik dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian maupun kontribusinya bagi dunia yang lebih baik, tidak mengherankan jika pertumbuhan bisnis tersebut nantinya akan sangat tinggi.
Bahkan bukan tidak mungkin nantinya produk fesyen lokal yang sustainable akan lebih mudah go global karena permintaannya yang terus menanjak.
Batik Al-Warits merupakan produk batik yang mengeluarkan aroma wangi-wangian rempah dan bunga dari kainnya. Aroma wangi dari kain batik ini menggunakan minyak Camplong khas Madura dengan teknik perendaman sebanyak 4 kali sehingga aroma wanginya menyatu dengan kain dalam waktu yang lama.
Semakin lama proses pengaromaterapiannya, semakin lama wanginya bertahan. Aroma wangi ini bertahan 1 bulan hingga 4 tahun meski batik sudah dicuci berulang-ulang. Selain itu, Warisatul Hasanah sebagai founder juga menerapkan praktik kerja yang sehat dengan memberdayakan perajin batik di Madura sebagai pekerjanya.
“Prinsip keberlanjutan yang diterapkan pada Batik Al-Warits semakin disempurnakan sejak saya mengikuti DSC di tahun 2015, sehingga sampai saat ini Batik Al-Warits tetap eksis menjalankan bisnis yang sustainable. Tidak hanya menjaga lingkungan dan mengurangi limbah fesyen, tapi juga bisa terus memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat sekitar,” tutur Warisatul Hasanah, Founder Batik Al-Warits.
Hal senada juga dilakukan oleh Pijakbumi yang memproduksi alas kaki dengan material ramah lingkungan. Vania Audrey Pakpahan sebagai Co-Founder Pijakbumi merupakan finalis DSC 2021 di mana brand lokal ini melejit lewat konsep sustainable fashion.
Pijakbumi secara konsisten terus memberdayakan konsumennya untuk lebih bijak mengonsumsi energi sebagai bagian dari menjaga sumber daya alam.