Data dari Badan Ekononomi Kreatif di awal tahun 2022 tersebut menunjukkan bahwa industri fesyen menjadi industri yang tetap bertumbuh di tengah arus teknologi saat ini.
Perkembangan teknologi pun berperan besar terhadap pergerakan tren fesyen, khususnya di tanah air.
Hasil riset Katadata, produk fesyen menjadi kata kunci paling banyak dicari di e-commerce hingga mencapai angka 71 persen.
Namun, di balik potensi industri ini ada banyak pekerjaan besar yang harus diperhatikan para pelaku bisnis fesyen.
Di antaranya adalah soal limbah fesyen, proses pembuatan produk, bahkan isu eksploitasi pekerja.
Seakan hadir sebagai salah satu solusi, sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan pun kini mendapat tempat istimewa di hati konsumen.
Edric Chandra selaku Program Initiator Diplomat Success Challenge (DSC) mengatakan bahwa saat ini masyarakat semakin terbuka pandangannya akan apa yang dikonsumsi, di mana fesyen termasuk di dalamnya. Kesadaran global atas gentingnya isu kerusakan lingkungan dan isu sosial lainnya pun semakin terekspos.
"Sustainable fashion menjadi salah satu gerakan yang lahir dari kesadaran sebagai responsible consumer yang bukan hanya memakai tapi juga turut melindungi dan menjaga lingkungan sekitar. Kesadaran ini pun akan terus berkembang seiring dengan pemikiran untuk terus mengejar tujuan keberlanjutan,” tuturnya.
Selama era modernisasi, kita mengenal adanya industri pakaian cepat (fast fashion), di mana industri ini berjalan masif untuk mengakomodasi permintaan dan kebutuhan manusia yang besar.
Namun belum banyak yang menyadari bahwa di balik pakaian yang menjadi status fesyen, ada proses panjang yang melibatkan banyak pekerja industri.
Seiring dengan perkembangan industri, masyarakat semakin menyadari nilai-nilai kemanusian dan lingkungan, sehingga sustainable fashion menjadi solusi dari masalah yang ditimbulkan industri fast fashion.
Sustainable fashion merupakan penerapan fesyen yang menghargai nilai-nilai dari para pelaku yang terlibat, utamanya lingkungan dan kemanusiaan.
Fesyen yang berkelanjutan antara lain bisa bisa dilihat dari pemilihan bahan dan pola pengemasan yang memperhatikan kelestarian lingkungan hingga transparansi proses pembuatan produk fesyen tersebut, praktik kerja yang sehat, serta dapat ditelusuri informasinya oleh konsumen (traceability).
Dunia fesyen yang erat kaitannya dengan generasi muda sebagai target pasar utama tidak terlepas dari peranan penggunaan smartphone dan media sosial.
Arus informasi yang cepat membentuk pemahaman yang lebih kuat dari generasi muda akan kondisi lingkungan dan sosial masyarakat yang saat ini jauh dari kata ideal.
Menurut survei global di tahun 2018, sebanyak 66 persen milenial bersedia membeli pakaian lebih banyak untuk merek yang berkelanjutan dan sebanyak 69 persen memperhatikan klaim branding “eco-friendly” dan “sustainable” saat membeli pakaian.
Komitmen generasi muda ini pun mulai mempengaruhi pelaku industri tekstil, retailer besar dan brand lokal untuk menggeser model bisnis ke arah sustainable.