Misalnya, blazer warna hitam yang bisa dipadankan dengan dalaman dan aksesori warna apa pun.
Perilaku konsumen ikut berperan
Dinda mengakui, dulu dia bisa belanja baju baru setiap hari.
Meskipun, pada akhirnya baju itu hanya terpakai satu-dua kali saja, lalu tersimpan rapi di lemari tanpa pernah tersentuh lagi.
Hingga suatu ketika, ia merasa kamarnya terasa begitu sesak oleh dua lemari besar yang penuh sekali berisi baju, dan baju barunya tidak cukup lagi disimpan dalam lemari tersebut.
"Ketika itu saya mulai berpikir ulang tentang kebiasaan membeli baju. Sudah saatnya saya berubah total. Sekarang saya jarang sekali beli baju. Belum tentu setiap satu-dua bulan saya beli baju," kata Dinda, yang mengajukan diri untuk jadi duta kampanye #GenerasiNolEmisi di media sosial.
Dinda mengamati, dari lingkungan teman-temannya saja, kebiasaan belanja baju luar biasa tinggi.
Misalnya, temannya sengaja beli baju baru demi acara makan malam.
Padahal, koleksi bajunya sudah sangat banyak dan ia hanya akan memakainya satu kali itu saja.
Karena itu, Dinda menyarankan untuk pakai baju yang sudah dimiliki.
Ia berbagi tip agar Anda tak perlu terus-menerus belanja produk fashion.
"Pilih produk fashion yang basic dalam warna-warna monokrom, seperti hitam dan cokelat, sehingga bisa dikenakan di berbagai acara dan dipadankan dengan macam-macam aksesori. Basic item milik saya adalah jeans, kaus ketat atau tank top, dan sepatu putih. Kalau mati gaya, sepatu putih tidak pernah gagal jadi penolong," kata Dinda.
Baca: 5 Fashion Item Wajib Dimiliki Perempuan Big Size Agar Tampil Lebih Modis
Selain mengurangi belanja produk fashion, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan limbah fashion.
Yang paling sederhana adalah mendonasikan pakaian lama yang masih layak pakai kepada mereka yang membutuhkan.
Karena koleksi bajunya sudah begitu banyak, Dinda mempunyai ide untuk mengajak teman-temannya mengadakan garage sale.
Setengah dari hasil penjualan didonasikan kepada orang yang memerlukan.
Rupanya, pakaian tak terpakai di rumahnya bukan hanya milik dia sendiri, melainkan juga milik ibunya.
"Saya seleksi beberapa baju kepunyaan Ibu. Baju yang warnanya saya sukai, langsung dipakai. Tapi, kalau saya tidak suka warnanya tapi suka modelnya, biasanya saya warnai dengan warna hitam pekat. Ada juga kaus yang terlalu panjang, sehingga kemudian saya potong dan potongan kainnya dijadikan lap. Saya juga pernah rework tas milik ibu saya yang warna hitamnya sudah sangat pudar," kata Dinda, yang minta diajari menjahit oleh ibunya agar bisa mengubah model baju yang tak lagi terpakai.
Jika sangat perlu belanja baju, Dewi menyarankan agar Anda memastikan semua diproses secara bertanggung jawab.