5 Fakta Limbah Fashion yang Perlu Diketahui

Penulis: Rakli Almughni
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi fashion

Katun bisa terurai dalam hitungan minggu hingga 5 bulan, sedangkan bahan linen bisa terurai dalam dua minggu.

Berdampak pada krisis iklim

Dewi menjelaskan, emisi karbon yang sangat besar dari industri fashion terjadi pada setiap tahap rantai pasokan fashion dan siklus produk.

Tetapi, 70 persen emisi karbon berasal dari kegiatan hulu, seperti produksi dan pemrosesan bahan mentah.

Tak hanya itu, dampak fashion terhadap krisis iklim antara lain juga terkait dengan air, bahan kimia, penggundulan hutan, limbah tekstil, serta mikroplastik yang tidak bisa terurai secara alami.

"Salah satu sumber terbesar mikroplastik adalah serat tekstil. Saat ini 63 persen pakaian terbuat dari kain sintetis atau campuran. Hasil pencucian pakaian dari bahan sintetis dalam setiap beban pencucian akan menghasilkan lebih dari tujuh ratus ribu serat mikroplastik, yang akan langsung mengalir ke pembuangan air dan bermuara di laut," kata Dewi.

Di sisi lain, industri fashion juga menyerap begitu banyak sumber daya air.

Sebagai gambaran, produksi satu potong jeans membutuhkan 7.500 liter air.

Ini setara dengan rata-rata jumlah air minum yang kita konsumsi selama tujuh tahun.

Sementara itu, produksi sehelai kaus katun memerlukan 700 galon air, yang setara dengan kebutuhan air minum seseorang per hari (8 gelas) selama 3,5 tahun.

Tidak aneh jika industri fashion menjadi consumer terbesar kedua dalam penggunaan suplai air dunia.

Baca: 5 Tempat Paling Terpencil di Dunia Ini Punya Pemandangan Memukau, Ada Pulau Tanpa Limbah di Kolombia

Fast fashion punya andil besar

Dari tahun ke tahun konsumsi produk pakaian terus meningkat.

Salah satu penyebabnya adalah budaya fast fashion yang memproduksi berbagai model dalam waktu sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang buruk dan murah.

"Karena harganya yang murah dan modelnya sedang tren, banyak anak muda yang tertarik untuk membeli pakaian dari merek-merek fast fashion tersebut," kata Dewi.

Dahulu rata-rata brand merilis dua koleksi, yaitu koleksi musim panas dan musim dingin.

Namun, sekarang frekuensinya bisa jauh lebih tinggi.

Ada brand global yang merilis hingga belasan koleksi per tahun.

Bahkan, ada yang mengeluarkan hingga lebih dari 40 koleksi.

Karena memahami ancaman di balik fast fashion, Dinda selalu memilih model dan warna pakaian yang everlasting, tak pernah ketinggalan zaman.

Halaman
1234


Penulis: Rakli Almughni
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer