Klaim Rusia baru-baru ini, kata Burns, tidak didukung bukti yang mana AS disebut membantu Ukraina mengembangkan senjata kimia atau bilogi.
Hal itu menunjukkan bahwa Putin mungkin sendiri siap untuk menggunakan senjata tersebut dalam operasi "peringatan palsu".
Ia menegaskan, tidak ada jalan yang jelas untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina itu.
Hampir tidak dapat dibayangkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang telah memenangkan kekaguman di seluruh dunia karena memimpin perlawanan negaranya, tiba-tiba akan mengakui pencaplokan Krimea oleh Rusia atau mendukung pemberian otonomi baru ke bagian timur Ukraina yang bersahabat dengan Rusia.
Bahkan, dikatakan Burns, apabila Rusia menguasai Kyiv dan menggulingkan Zelenskyy, Putin harus bertanggung jawab atas pemberontakan yang didukung oleh Barat di negara berpenduduk lebih dari 40 juta orang itu.
Baca: Dihujani Sanksi, Rusia Terancam Tak Bisa Lunasi Utang, IMF: Tak Akan Picu Krisis Keuangan Dunia
“Dia (Putin) pada akhirnya tidak memiliki politik yang stabil dalam menghadapi apa yang akan terus menjadi perlawanan sengit dari Ukraina,” kata Burns.
Di sisi lain, direktur intelijen nasional Presiden Joe Biden, Avril Haines menyebut, Putin menganggap hal ini sebagai perang yang mana ia tak bisa keluar sebagai pihak yang kalah.
"Namun, apa yang mungkin ia terima sebagai kemenangan dapat berubah seiring waktu, mengingat iaya signifikan yang dia keluarkan," kata Avril.
Analis intelijen AS berpikir bahwa peningkatan tingkat siaga nuklir Rusia baru-baru ini oleh Putin.
"Mungkin dimaksudkan untuk mencegah Barat memberikan dukungan tambahan ke Ukraina," ucap dia.
Baca: Rusia Klaim Temukan Lab Biologi di Ukraina untuk Eksperimen Sampel Virus Corona dari Kelelewar
Baca selengkapnya terkait perang Rusia vs Ukraina di sini