AS Menilai Presiden Rusia Marah dan Frustasi, Putin Disebut Bakal Tingkatkan Serangan ke Ukraina

Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

AS Menilai Presiden Rusia Marah dan Frustasi, Putin Disebut Bakal Tingkatkan Serangan ke Ukraina

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pejabat intelijen AS menilai Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan akan menyebabkan lebih banyak kekerasan dan kehancuran di Ukraina.

Langkah tersebut ditempuh sebagai proyeksi atas kemarahan dan frustasi karena kegagalan militernya, yang lebih dua minggu menyerang Ukraina.

Mengutip Kompas.com, padahal ia memperkirakan bakal mendominasi hanya dalam dua hari.

Rusia disebut masih mempunyai keunggulan militer yang luar biasa dan dapat memborbardir Ukraina selama berminggu-minggu lagi.

Akan tetapi, ketika seluruh dunia bereaksi terhadap gambar-gambar mengerikan dari perang yang dimulainya, Putin tetap terisolasi dari tekanan domestik.

Tekanan itu oleh apa yang disebut Direktur CIA William Burns sebagai "gelembung propaganda".

Mengingat banyaknya bantuan militer ke Ukraina, pola pikir Putin sangat penting untuk dipahami oleh Barat.

Vladimir Putin, Presiden Rusia (Dw.com)

Termasuk ancaman Putin untuk secara langsung menyerang negara-negara NATO, hingga kemungkinan Presiden Rusia itu meraih tombol nuklir.

Sementara itu, pejabat intelijen AS memberikan pernyataan di depan Kongres AS pekan lalu selama dua hari, ia secara terbuka menyuarakan keprihatinan terkait apa yang mungkin dilakukan Putin.

Kekhawatirannya lantas semakin membentuk diskusi soal apa yang bersedia dilakukan oleh pembuat kebijakan AS untuk Ukraina.

Diketahui, selama lebih dari dua dekade Putin telah mencapai dominasi total pemerintah dan layanan keamanan Rusia, memerintah dengan lingkaran dalam hal yang kecil, meminggirkan perbedaan pendapat da memenjarakan atau membunuh oposisinya.

Putin disebut telah lama mengkritik pecahnya Uni Soviet, menolak klaim kedaulatan Ukraina, hingga memikirkan tentang perang nuklir yang berakhir dengan Rusia sebagai "martir".

Burns mengatakan kepada anggota parlemen AS bahwa dia yakin agresi Putin "’mendidih’ akibat kombinasi keluhan dan ambisi selama bertahun-tahun."

Putin memperkirakan, kata Burns, akan merebut Kyiv dalam dua hari. Namun, justru militernya telah gagal untuk menguasai kota-kota besar dan telah kehilangan beberapa ribu tentara.

Sementara itu, Barat telah memberlakukan sanksi dan tindakan lain yang telah melumpuhkan ekonomi Rusia serta mengurangi standar hidup oligarki dan warga negara biasa.

Kemudian, sebagian besar mata uang asing yang telah dikumpulkan Rusia sebagai benteng melawan sanksi, saat ini juga dibekukan di bank-bank di luar negeri.

Baca: Wanita Nekat Ganggu Siaran TV Pemerintah Rusia, Bentangkan Poster No War di Belakang Penyiar

Tak Ada Akhir Perang yang Jelas

Sebagai mantan duta besar AS untuk Moskwa yang telah bertemu Putin berkali-kali, Burns menyebut kepada anggota parlemen dalam menanggapi pertanyaan soal kondisi mental Presiden Rusia, bahwa ia tidak percaya Putin gila.

"Saya pikir Putin marah dan frustrasi sekarang," katanya.

“Dia kemungkinan akan menggandakan dan mencoba menggiling militer Ukraina tanpa memperhatikan korban sipil," ucap Burns.

Klaim Rusia baru-baru ini, kata Burns, tidak didukung bukti yang mana AS disebut membantu Ukraina mengembangkan senjata kimia atau bilogi.

Hal itu menunjukkan bahwa Putin mungkin sendiri siap untuk menggunakan senjata tersebut dalam operasi "peringatan palsu".

Ia menegaskan, tidak ada jalan yang jelas untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina itu.

Hampir tidak dapat dibayangkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang telah memenangkan kekaguman di seluruh dunia karena memimpin perlawanan negaranya, tiba-tiba akan mengakui pencaplokan Krimea oleh Rusia atau mendukung pemberian otonomi baru ke bagian timur Ukraina yang bersahabat dengan Rusia.

Bahkan, dikatakan Burns, apabila Rusia menguasai Kyiv dan menggulingkan Zelenskyy, Putin harus bertanggung jawab atas pemberontakan yang didukung oleh Barat di negara berpenduduk lebih dari 40 juta orang itu.

Baca: Dihujani Sanksi, Rusia Terancam Tak Bisa Lunasi Utang, IMF: Tak Akan Picu Krisis Keuangan Dunia

“Dia (Putin) pada akhirnya tidak memiliki politik yang stabil dalam menghadapi apa yang akan terus menjadi perlawanan sengit dari Ukraina,” kata Burns.

Di sisi lain, direktur intelijen nasional Presiden Joe Biden, Avril Haines menyebut, Putin menganggap hal ini sebagai perang yang mana ia tak bisa keluar sebagai pihak yang kalah.

"Namun, apa yang mungkin ia terima sebagai kemenangan dapat berubah seiring waktu, mengingat iaya signifikan yang dia keluarkan," kata Avril.

Analis intelijen AS berpikir bahwa peningkatan tingkat siaga nuklir Rusia baru-baru ini oleh Putin.

"Mungkin dimaksudkan untuk mencegah Barat memberikan dukungan tambahan ke Ukraina," ucap dia.

Baca: Rusia Klaim Temukan Lab Biologi di Ukraina untuk Eksperimen Sampel Virus Corona dari Kelelewar

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Anindya)

Baca selengkapnya terkait perang Rusia vs Ukraina di sini



Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer