BMKG Sebut Hujan Es di Surabaya Bisa Terulang, Simak Proses Terjadinya Fenomena Hujan Es

Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi hujan es

Apabila dalam skala besar, hujan es berpotensi membahayakan dan merusak, contohnya kerusakan pada ats rumah.

Kendati demikian, fenomena hujan es ternyata hal yang biasa terjadi, khususnya di wilayah tropis.

Umumnya, hujan es terjadi ada musim peralihan yang disertai dengan hujan lebah, petir, dan angin kencang. Dalam istilah meteorologi, hujan es disebut juga dengan hail.

Hujan es dihasilkan oleh awan kumulonimbus dan hanya terjadi dalam waktu singkat, yaitu kurang dari 1 jam.

Proses Terjadinya Hujan Es

Melansir Tribunnews.com, hujan es terjadi akibat terbentuknya awan kumulonimbus yang menjulang tinggi ke angkasa hingga ketinggian lebih dari 9.000 meter.

Suhu di bagian puncak awan tersebut bisa mencapai -60 derajat Celsius sehingga uap air akan membentuk kristal-kristal es.

Apabila awan cukup tinggi dan suhu Bumi lebih panas, es tersebut akan turun sebagai hujan air biasa.

Akan tetapi, apabila ketinggian awan lebih dekat ke Bumi, maka kristal es itu akan jatuh sebagai hujan es.

Semakin besar dan tinggi awan yang terbentuk, maka semakin besar pula es yang mungkin terbentuk.

Diameter hujan es terbesar yang pernah tercatat adalah 20,3 sentimeter dan berat 1 kilogram yang terjadi di Dakota Selatan, Amerika Serikat.

Hujan es bisa merusak dan berbahaya bagi manusia karena bongkahan es tersebut jatuh dengan kecepatan tinggi yang dipengaruhi gaya gravitasi. Hujan es jatuh dengan kecepatan 170 kilometer per jam.

Baca: Viral Video Hujan Es Terjadi di Puncak Gunung Slamet, Ini Penjelasan BMKG

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Anindya)

Baca selengkapnya terkait fenomena hujan es di sini



Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer