Abdullah Hehamahua menilai bahwa penggeledahan itu hanyalah sebuah operasi intelijen.
Hal itu disampaikannya kepada wartawan usai beraudiensi dengan Fraksi PKS DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/3/2021).
"Semua itu adalah operasi intelijen," kata Abdullah.
Abdullah menyebut, temuan atribut FPI di kediaman terduga teroris hanyalah upaya rekayasa untuk mengalihkan perhatian terhadap kematian 6 anggota FPI.
"Itu adalah operasi intelijen untuk mengalihkan perhatian terhadap TP3, mengalihkan perhatian terhadap HRS (Rizieq Shihab), maka ada bom."
"Coba Anda perhatikan bom pagi, siang ditangkap. 6 orang dibunuh (anggota FPI) sudah berapa bulan tidak tahu siapa pembunuhnya. Itu bukti operasi intelijen," ujarnya.
Baca: Baru Saja Menikah, Perempuan Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar Disebut Sedang Hamil 4 Bulan
Baca: Sosok Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar: Berubah Sejak Putus Kuliah lalu Menikah
Lantas, siapakah Abdullah Hehamahua ini?
Nama Abdullah Hehamahua mulai dikenal banyak orang saat ia menjadi penasihat di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dilansir Tribun Jambi, Abdullah Hehamahua lahir di Ambon pada 1947.
Semasa kuliah, Abdullah pernah mengikuti organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Abdullah juga pernah menjadi wartawan dan penyiar radio Arief Rahman Hakim pada tahun 1975-1976.
Setelah menjadi wartawan dan penyiar radio, Abdullah meneruskan karirnya menjadi seorang editor di Majalah Cipta Kementerian Pekerjaan Umum di tahun 1976 – 1979.
Memiliki pengalaman sebagai pengajar menjadikan Abdullah sebagai Dosen Akademi Dakwah Muhammadiyah Singapura pada tahun 2000 – 2001.
Diketahui, Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam laskar FPI dibentuk atas dasar keprihatinan kasus meninggalnya enam orang anggota FPI di km 50 Tol Jakarta-Cikampek.
Selain itu, banyak pihak juga yang tak mau bersuara terkait dengan insiden tersebut.
TP3 beranggotakan 18 orang, di antaranya ada Amien Rais, Abdullah Hehamahua, Marwan Batubara, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi, serta eks Ketua KPK, Busro Muqoddas.
Abdullah Hehamahua didaulat menjadi Pemimpin TP3, sedangkan Marwan Batubara menjabat sebagai Sekretaris TP3.