Paus Fransiskus Kunjungi Irak, Ada Agenda Dialog Antaragama di Kota Kelahiran Nabi Ibrahim

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Paus Fransiskus kunjungi Irak ---- Foto: file ini yang diambil pada tanggal 25 Desember 2019, Paus Fransiskus melambai dari balkon basilika Santo Petrus saat pesan tradisional Natal Urbi et Orbi kepada kota dan dunia, di alun-alun Santo Petrus di Vatikan. Paus Fransiskus membela hak pasangan gay untuk masuk ke dalam serikat sipil yang diakui secara hukum dalam sebuah film dokumenter yang ditayangkan perdana di Festival Film Roma pada 21 Oktober 2020. (Alberto PIZZOLI / AFP)

Awalnya, orang Kristen di desa Niniwe melindungi orang Kristen Yazidi dan Muslim Syiah yang melarikan diri dari ISIS.

Sampai kelompok itu menyapu dataran hingga orang-orang Kristen meninggalkan rumah mereka.

ISIS kehilangan wilayahnya pada 2017, tetapi sejak itu hanya sedikit orang Kristen yang kembali.

“Situasi keamanan tidak separah dulu, tapi sulit bagi orang untuk kembali,” kata Pastor Karam.

Hanya sepertiga dari 1.450 keluarga Kristen di Telskuf telah kembali, katanya.

Di Mosul di mana umat Kristen berjumlah 50.000 sebelum tahun 2003, hanya sekitar 150 orang yang kembali.

“Umat Kristen Irak telah menjadi korban diam perang. Mereka merasa ditinggalkan, ”kata Pastor Karam.

“Dengan sedikit pengecualian, negara-negara Eropa belum memberi mereka suaka, mereka belum diakui sebagai pengungsi. Ini salah satu luka terbesar,” katanya.

Dialog antaragama

Paus Fransiskus tiba untuk memimpin audiensi umum mingguannya di aula Paulus VI di Vatikan pada 21 Oktober 2020. (VINCENZO PINTO / AFP) (VINCENZO PINTO / AFP)

Paus akan bertemu dengan Presiden Irak Barham Salih dan para pejabat di Baghdad, di mana dia diharapkan untuk menyampaikan keprihatinan tentang diskriminasi dan intimidasi yang dihadapi oleh umat Kristiani.

Paus, yang pada 2019 meresmikan fase baru dialog antaragama antara Gereja Roma dan Islam, juga akan mengunjungi Najaf untuk bertemu dengan Ayatollah Agung Ali al-Sistani, otoritas tertinggi Syiah di Irak, di mana Muslim Syiah mewakili sekitar 70 persen dari total populasi.

Perwakilan dari agama lain dan kelompok minoritas Irak, termasuk Muslim Sunni dan Yazidi, diharapkan menghadiri pertemuan antaragama dengan paus di Ur, Irak selatan, yang secara luas dianggap sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim.

"Kunjungan itu dipuji oleh semua pihak di Irak sebagai simbol negara membuka halaman baru," kata Profesor Nahro Zagros, seorang analis politik Irak di Erbil.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah 16 Januari: Perang Teluk Persia Dimulai, Pasukan Koalisi Menyerang Irak

“Tapi ada realitas yang kompleks di lapangan dan saya khawatir itu tidak akan banyak berubah bagi orang Kristen dan minoritas lainnya.”

Di Mosul, Fransiskus akan menemukan sisa-sisa gereja kuno dan tempat suci, yang telah dihancurkan dan dinodai, artefak mereka dijarah atau dirusak.

Otoritas Irak langsung mempercepat pembuangan puing-puing dari jalan Mosul dan Kota Tua, tempat Paus Fransiskus diharapkan berdoa untuk para korban perang di Hosh al-Bieaa, Alun-alun Gereja.

Daerah itu menampung empat gereja dari denominasi Kristen yang berbeda, beberapa berasal dari abad ke-12, tidak ada yang luput dari perang.

Sementara itu, laju rekonstruksi di lingkungan minoritas di Mosul berjalan sangat lambat.

"Pemerintah tidak melakukan apa pun untuk kami, atau untuk warga Irak lainnya, dalam hal ini," kata Pastor Karam.

“Orang tidak memiliki rumah untuk kembali dan tanpa pekerjaan atau prospek pemulihan ekonomi, sulit bagi orang Kristen untuk kembali.”

Halaman
123


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer