KNKT Rilis Laporan Awal Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, Ini Hasil Temuannya

Penulis: Rakli Almughni
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komite Nasional Keselamatan Tranportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menerangkan walau operasi SAR dihentikan, pihaknya akan tetap mencari Kotak Hitam (Black Box) CVR yang menjadi salah satu hal penting terungkapnya kecelakaan pesawat Sriwijaya AIR SJ 182.

"Apapun yang terjadi CVR harus ditemukan. Sepanjang kami mampu, kami akan lakukan (pencarian)," tegas Soerjanto dalam konfrensi pers Laporan Pendahuluan Kecelakaan pesawat udara Boeing 737 SJ 182, Rabu (10/2/2021).

Soerjanto melanjutkan, jika CVR tidak ditemukan, maka pihaknya tidak bisa mendapatkan data percakapan yang terjadi di kokpit antara pilot dan co-pilot.

Padahal data tersebut sangat signifikan untuk proses investigasi penyebab jatuhnya Sriwijaya Air JT 182.

"Kami belum berfikir kalau (CVR) tidak ketemu. Kalau tidak ketemu kami tidak bisa menghasilkan report atau kesimpulan apa yang terjadi di (masa) terakhir (jatuhnya pesawat) itu," paparnya.

Hingga saat ini, proses pencarian terhadap CVR masih dilakukan.

Ada sejumlah kendala yang dihadapi KNKT di dalam proses pencarian itu, mulai dari angin kencang, gelombang air yang tinggi, hingga adanya lumpur di dasar laut.

"Dugaan kami terendam di bawah lumpur. Penyelam akan menggali secara manual sesuai wilayah-wilayah yang sudah kami kotak-kotakan," kata Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo.

"Mudah-mudahan tidak terlalu lama CVR bisa ditemukan," imbuhnya.

Dua Komponen Pesawat Sempat Diperbaiki

Berdasarkan catatan perawatan pesawat, Sriwijaya Air SJ 182 sempat melakukan perbaikan pada dua perangkatnya.

Perbaikan pertama dilakukan pada petunjuk kecepatan (mach/airspeed indicator) sebelah kanan pesawat yang mengalami kerusakan.

Perbaikan dilakukan pada 25 Desember 2020.

Saat itu perbaikan komponen ini belum berhasil.

Sehingga dimasukkan dalam daftar DMI Kategori C. Lalu, berdasarkan panduan minimum equipment list (MEL) proses perbaikan boleh ditunda sampai dengan 10 hari.

"Pada tanggal 4 Januari indikator kecepatan (mach/airspeed indicator) ini diganti dan hasilnya bagus sehingga DMI ditutup," kata Nurcahyo.

Proses perbaikan selanjutnya dilakukan 3 Januari 2021, pada komponen auto-trottle atau tuas pengatur tenaga mesin pesawat yang digerakkan otomatis yang tidak berfungsi.

Perbaikan itu dinyatakan berhasil, meski kemudian pada 4 Januari 2021 kerusakan yang sama kembali terjadi.

Proses perbaikan kali kedua pada auto-trottle itu belum berhasil sehingga dimasukkan ke DMI.

"Tanggal 5 Januari 2021 dilakukan perbaikan dengan hasil baik dan DMI yang ditutup," kata Nurcahyo.

Setelah perbaikan 5 Januari tersebut, Nurcahyo mengatakan tidak ada lagi catatan pada DMI yang berarti tidak ada kerusakan pada pesawat.

Halaman
123


Penulis: Rakli Almughni
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer