Logo perdukunan tersebut adalah bintang sembilan, dupa dan keris.
Abdul menjelaskan makna dari logo perkumpulan dukun nusantara itu.
"Ada makna di balik logo ini. Tentu tidak lepas dari kegiatan spiritual kita. Di mana juga biasanya ada keris, dupa dan bintang 9 adalah harapan kita berdoa agar berhasil," terang dia.
Abdul juga mengungkapkan sudah banyak orang bergabung dalam Perdunu.
Baca: Viral Dukun Ikut Amankan Pelantikan Jokowi-Maruf, Begini Reaksi MPR, Tokoh NU hingga Muhammadiyah
Mereka kebanyakan adalah ahli spiritual yang membidangi berbagai macam keahlian.
"Kita segmentasikan keahlian dukun yang ada. Misal pengobatan dari medis hingga non medis. Ada pula tentang psikologis, dari yang logis dan non logis. Bisa seperti penglaris hingga jabatan itu ada segmentasinya," ungkap Abdul.
Aksi Penipuan Dukun Ngaku Tak Mandi Setahun dan Bisa Gandakan Uang, Korban Rugi hingga Rp 18 Miliar
Sebuah aksi penipuan bermodus perdukunan terjadi di Malang, Jawa Timur.
Saat melakukan kejahatan tersebut, pelaku mengaku sebagai seorang dukun.
Namun, ternyata ia berniat untuk menipu para korbannya.
Pelaku terdiri dari dua orang pria yang akhirnya bisa ditangkap oleh Polres Batu.
Pelaku tersebut bernama Atim dan Sugeng Sutrisno, warga Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Kedua pelaku berhasil memperdaya pengusaha asal Kabupaten Malang dengan cara mengaku sebagai dukun sakti.
Penipuan tersebut bahkan bisa menipu korban hingga miliaran rupiah.
Sang anak mengaku ibunya yang menjadi korban telah mentransfer uang mencapai Rp 18 miliar kepada para tersangka.
"Tersangka mengaku bisa penggandaan uang. Tersangka minta korban mentransfer uang untuk mengeluarkan keris dan katana. Padahal tersangka membeli barang-barang itu di pinggir jalan," kata AKP Jeifson Sitorus, Kasatreskrim Polres Batu kepada SURYAMALANG.COM, Rabu (23/9/2020).
Rencananya tersangka memberikan keris dan katana itu kepada korban dan bisa dijual seharga triliunan rupiah.
Ketika korban sudah mentransfer sejumlah uang, para tersangka melakukan ritual palsu.
Tersangka memberi tahu korban bahwa ritual tidak boleh berhenti agar berhasil.
"Agar ritual tidak berhenti, tersangka minta tambahan uang lagi," ujarnya.