Keyakinan Mang Ademi pada buaya tersebut sebagai pemangsa antara lain parameternya, terlihat karena buaya ini sudah tak bergigi lagi (ompong).
"Giginya ompong karena diperkiraan sudah sering menerkam orang."
"Buaya ini diperkirakan berasal dari arah Sungai Baturusa."
"Masih ada satu lagi buaya yang akan kita pancing, karena diperkirakan bakal mengganggu manusia," kata Mang Ademi.
Baca: Diduga Tewas Diterkam, Sejumlah Warga Tarik Jenazah Ketua RT dari Mulut Buaya'
Baca: Corona, Pedagang Hewan Liar China Siap Jualan Lagi Jika Larangan Dicabut, Masih Simpan Daging Buaya
Mengenai sugesti spiritual pada buaya buruannya, Ademi menyebut bahwa secara kasat mata, buaya ompong yang ia tangkap bukan buaya biasa.
Kepala Desa (Kades) Kayubesi, Rasyidi alias Rosidi (50) ditemui pada kesempatan yang sama, Selasa (4/8/2020) mengatakan, sudah tiga kali buaya menungggu warga di Desa Kayubesi.
Karena itu pula Kades meminta bantuan pawang menaklukan buaya agar warga tidak resah.
Hal ini membuat BKSDA Bangka Bleitung mengalami kesulitan untuk mengevakuasi buaya itu.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bangka Belitung menyayangkan kondisi yang menimpa seekor buaya kodok di Desa Kayu Besi akhirnya mati.
Kepala Resort BKSDA Bangka Belitung, Septian Wiguna kepada Bangkapos.com, Rabu (5/8/2020) mengaku sempat menawarkan kepada aparat desa serta warga sekitar Desa Kayu Besi untuk menangani dan membawa buaya kodok untuk dikonservasi.
"Kita rencananya itu mau jemput (buaya), Selasa (4/8) pagi."
"Kita mau evakuasi."
"Hanya saja kata sekretaris desa (sekdes), itu terhalang adat atau kepercayaan masyarakat setempat (dukun), Katanya buaya itu jadi-jadianlah istilahnya jadi kita tidak dikasih jemput," ungkapnya.
Lihat foto evakuasi buaya tersebut saat akan dikuburkan:
Alasan ditangkapnya buaya karena menyerang warga sehingga dianggap melanggar aturan adat dan dibiarkan mati dengan sendirinya.
"Sebenarnya kita mau rehabilitasi buaya itu ke balai konservasi di Air Jangkang. Tapi kata dukun kalau sudah ditangkap tidak boleh diambil oleh pihak manapun," sebutnya.
Atas kejadian ini, Septian sangat berharap masyarakat dapat lebih intens melakukan koordinasi dengan pihaknya apabila mengalami konflik dengan buaya.
"Sebelum ditangkap apabila mengganggu, mending laporkan ke kami dulu. Kita kan juga antisipasi atau apabila ditangkap nantinya kami tetap menyiapkan lokasi rehabilitasi buaya itu," pungkasnya.
Artikel di atas telah tayang sebelumnya di BangkaPos dalam judul BKSDA Bangka Belitung Terhalang Adat Ketika Ingin Amankan Buaya Kodok Kayu Besi