Daftar Hoaks Program Vaksinasi Covid-19, Keberadaan Chip dalam Vaksin hingga Korban Meninggal

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tenaga kesehatan menunjukkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech saat pelaksanaan vaksin untuk tenaga medis di RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, Kamis (14/1/20210). Vaksinasi tahap awal akan menargetkan 1,48 juta tenaga kesehatan yang dijadwalkan berlangsung dari Januari hingga Februari 2021.

Barcode itu bertujuan untuk mengetahui distribusi vaksin dari tempat produksi hingga nantinya disuntikkan ke masyarakat.

"Pasti yang menyebarkan ini hoaks ya, memelintir informasi. Yang dimaksud Pak Erick itu adalah bahwa yang namanya barcode vaksin itu, itu terdata supaya tidak ada barcode yang palsu. Misalnya, vaksin yang satu ini punyanya si A. Jadi ketahuan datanya gitu loh, jadi semuanya ada barcode-nya," ujar Arya dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (18/1/2021).

Lebih lanjut, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga membantah ada chip yang ditanamkan dalam vaksin Covid-19. Ia menegaskan bahwa kabar penanaman chip dalam vaksin virus corona itu tidak benar atau hoaks.

"Pada kesempatan ini saya tegaskan bahwa berita itu adalah berita bohong atau hoaks. Tidak ada chip di dalam vaksin," kata dia seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (19/1/2021).

Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (AFP VIA GETTY IMAGES)

Terkait kode yang disinyalir ada pada vaksin, kata Wiku, itu tertera pada barcode yang menempel di botol cairan vaksin. Ia memastikan kode tersebut tidak akan menempel pada orang yang disuntik vaksin.

Kegunaan barcode tersebut semata-mata untuk pelacakan distribusi produk vaksin dan sama sekali tak dapat difungsikan untuk melacak keberadaan masyarakat yang telah divaksin.

2. Hoaks meninggalnya Danramil Kebomas Gresik usai disuntuk vaksin Covid-19

Beredar tangkapan layar chat di aplikasi WhatsApp yang memuat informasi meninggalnya Komandan Rayon Militen (Danramil) Kodim Kebomas, Gresik, Jawa Timur, setelah menerima vaksin Covid-19.

Narasi dalam pesan tersebut adalah sebagai berikut: "Inalillahi wainalillahi roziun. Vaksin pertama, Kasdim 0817 Gresik, Mayor Sungeng Riyadi.tadi malam Dan ramil kebu mas gresik meninggal akibat siangya disuntik vaksin...pagi ini proses pemakaman...hati2 bahaya vaksin ini nyata."

Kemudian disertakan sebuah foto yang menunjukkan seorang anggota TNI dengan seragamnya, satu unit ambulans di bagian belakang, dan dua beberapa orang yang ada di sekitarnya.

Setelah ditelusuri, berdasarkan keterangan resmi dari Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya Kolonel Arm Imam Haryadi, informasi yang beredar dan menyebut Danramil Kebomas Gresik, Mayor Kav Gatot Supriyono (dalam pesan disebut Sugeng Riyadi) meninggal dunia setelah menerima vaksin Covid-19 adalah hoaks.

Almarhum Mayor Kav Gatot Supriyono meninggal dunia pada Jumat (15/1/2021) pada pukul 23.06 WIB, karena serangan jantung, bukan vaksin Covid-19.

Semasa hidupnya, Mayor Kav Gatot belum pernah menerima vaksin Covid-19. Foto yang ada dalam pesan WhatsApp itu juga merupakan sosok almarhum.

Foto diambil dari dokumentasi tanggal 10 Januari 2021 saat yang bersangkutan mendampingi Danrem 084/BJ beserta keluarga ziarah ke Makam Sunan Giri di Gresik.

Sementara itu, Sugeng Riyadi, yang disebut dalam pesan itu adalah Kasdim Gresik berpangkat Mayor Inf. Sugeng mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 pada 14 Januari 2021. Vaksinasi dilakukan di RS Ibnu Sina, Gresik. Kondisi Mayor Inf Sugeng Riyadi dalam keadaan sehat.

"Hingga saat ini, Kasdim Gresik dalam keadaan sehat wal afiat," kata Imam.

Saat itu, Sugeng menggantikan posisi Dandim 0817/Gresik, Letkol Inf Taufik Ismail, karena yang bersangkutan tidak lolos screening untuk menjadi penerima vaksin, dengan alasan tensi yang tinggi.

Sementara itu, Kasi Online Pendam V/Brawijaya Mayor Inf Sugeng menyebutkan, hingga saat ini belum diketahui siapa penyebar konten tersebut.

Pihaknya masih terus berupaya untuk mengeluarkan bantahan akan isu yang beredar, agar tidak menimbulkan kecemasan di masyarakat.

"Kami coba counter opini dulu, karena itu salah dan meresahkan masyarakat. Siapa penyebarnya masih kita pelajari, tapi yang jelas sekarang kita counter opini dulu, setelah itu baru akan ditangani," kata dia kepada Kompas, Senin (18/1/2021).

Halaman
123


Penulis: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer