Termasuk Soal Orang Muslim, Presiden Baru AS Joe Biden Siap Ubah Kebijakan Aneh di Era Donald Trump

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden.

Perubahan lain termasuk perpanjangan batas waktu terkait pandemi yaitu terkait penggusuran dan pembayaran pinjaman siswa, penerapan mandat masker di properti federal, dan perjalanan antarnegara.

Wakil Presiden terpilih Kamala Harris mendengarkan ketika Presiden terpilih Joe Biden berbicara selama pertemuan virtual dengan Konferensi Walikota Amerika Serikat pada 23 November 2020 di Wilmington, Delaware. Saat Presiden terpilih Biden menunggu untuk disetujui untuk briefing keamanan nasional resmi, nama-nama anggota teratas dari tim keamanan nasionalnya diumumkan kepada publik. Seruan terus berlanjut agar Presiden Trump mengakui pemilihan dan membiarkan transisi berlanjut tanpa penundaan lebih lanjut. (Mark Makela / Getty Images / AFP)

Pemerintahan Biden juga menyiapkan solusi untuk menyatukan kembali anak-anak imigran yang terpisah dari keluarga mereka.

Biden berencana untuk mengajukan undang-undang baru untuk menyediakan naturalisasi kepada 11 juta orang tidak berdokumen yang saat ini tinggal di negara itu.

Dalam 100 hari pertamanya menjabat, dia juga berjanji memvaksinasi 100 juta orang Biden sebelumnya mengumumkan akan mendorong Kongres menyetujui paket stimulus 1,9 miliar dollar (Rp 26,6 triliun),untuk mengatasi kemerosotan ekonomi yang disebabkan oleh virus corona.

Potensi rusuh di pelantikan Joe Biden

Badan Kemanan Negara Amerika Serikat (AS) memperkirakan gelombang protes akan terjadi di semua negara bagian AS pada hari pelantikan Joe Biden, 20 Januari 2021.

Mereka adalah pendukung yang belum rela Donald Trump lengser dari jabatannya sebagai Presiden AS.

FBI mengingatkan, para pendemo yang akan menyerbu tiap gedung DPR itu dimungkinkan membawa senjata.

Baca: Twitter Hapus Postingan Kedubes China di AS yang Sebut Wanita Uighur Bukan Lagi Mesin Pembuat Bayi

Dilansir PressTV, beberapa orang mengatakan Amerika tengah mengalami kekacuan sipil seperti yang mereka ciptakan di negara lain.

Gelombang protes panjang terjadi lantaran ketegangan politik yang melanda negara itu.

Utamanya, adanya masyarakat yang mempercai Pilpres 2020 diwarnai oleh kecurangan.

Menurut jajak pendapat oleh Morning Consult minggu lalu, hanya 22% dari Partai Republik percaya pemilihan itu "bebas dan adil".

Seorang demonstran memegang tanda menyerukan Amandemen ke-25 untuk mencopot Presiden AS Donald Trump dari jabatannya selama protes di luar Barclays Center di Brooklyn, New York pada 7 Januari 2021 sehari setelah massa pro-Trump menyerbu dan menghancurkan Capitol. Presiden Donald Trump menghadapi seruan yang terus meningkat pada 7 Januari untuk dicopot dari jabatannya berdasarkan Amandemen ke-25 karena menghasut kekerasan massa yang melanda Capitol AS satu hari sebelumnya. (Kena Betancur / AFP)

Sementara hampir seperempat dari semua pemilih terdaftar tidak menyetujui keputusan Donald Trump mundur.

Padahal hingga hari ini tidak ada bukti yang ditemukan untuk menjustifikais kecurangan.

Lagi pula Mahkamah Agung menolak untuk mendengarkan secara terbuka keluhan yang tersebar luas, bahwa mengubah cara pemilihan adalah tidak konstitusional.

Sementara petahana Donald Trump sendiri belum menyerah, tetapi menjanjikan "transisi yang tertib" setelah pemilihan Biden oleh Electoral College.

Banyak kaum konservatif juga marah ketika Trump dimakzulkan karena "menghasut pemberontakan."

Pemakzulan itu dituduh meningkatkan ketegangan di negara Paman Sam, yang memang sudah sagat bergejolak.

Baca: Rawan Blunder, Donald Trump Bungkam dan Sembunyi dari Media Sejak Kerusuhan di Gedung Capitol

Untuk mengamankan pelantikan Biden, berbagai wilayah di Washington DC akan ditutup selama hampir seminggu, dengan 25.000 tentara Garda Nasional.

Pada tahun 2020, "A nation on edge" menjadi sesuatu yang klise di Amerika Serikat, tetapi kali ini benar-benar berbeda.

Halaman
123


Penulis: Haris Chaebar
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer