Sebanyak 176 orang yang ada di pesawat Ukraina berjenis Boeing 737 itu tewas seketika.
Bagaimana tidak, pesawat itu dihantam dua rudal.
Awalnya, Iran menampik telah melakukan serangan.
Baru beberapa hari kemudian, Iran mengaku terjadi kesalahan
Kala itu Presiden Hassan Rouhani menyatakan insiden itu "kesalahan tak termaafkan".
Baca: Sudah Kalah dalam Pilpres AS, Donald Trump Masih Sempat-sempatnya Ingin Luncurkan Rudal ke Iran
Pesawat tersebut salah tembak akibat human error.
Peristiwa itu sendiri terjadi setelah beberapa jam sebelumnya, rudal balistik Iran menghantam dua pangkalan AS di Ain al-Assad dan Erbil.
Serangan itu merupakan balasan setelah Washington membunuh jenderal top mereka, Qasem Soleimani yang juga komandan Pasukan Quds di Garda Revolusi Iran.
Ledakan Beirut
Baca: Senang Donald Trump Lengser, Pemimpin Hizbullah Lebanon Sebut Pilpres AS sebagai Parodi Demokrasi
Ledakan masif yang terjadi di Beirut pada Selasa (4/8/2020) diduga dipicu karena 2.750 ton amonium nitrat.
Sebanyak 2.750 amonium nitrat tersebut disimpan dan ditimbun selama 6 tahun di dalam gudang pelabuhan.
Penyataan tersebut diungkapkan oleh Presiden Lebanon Michel Aoun, pada Selasa (4/8/2020) malam.
Aoun menyebut bahwa penimbunan zat kimia bersifat eksplosif tersebut “tidak dapat diterima”, karena dilakukan secara serampangan tanpa memerhatikan aspek keamanan.
Diketahui, amonium nitrat merupakan senyawa kimia yang bisa digunakan untuk pupuk.
Selain itu, bahan aktif tersebut juga dijadikan campuran zat dalam konstruksi pertambangan.
Perdana Menteri meminta kabinet pemerintahan menggelar rapat darurat terkait ledakan ini pada Rabu, serta mengatakan status darurat selama dua pekan harus segera diumumkan.