Protes Penghinaan Nabi Muhammad, Kuwait Kosongkan Produk Buatan Prancis di Supermarket

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO: Sejumlah warga Kuwait mengangkat poster kemarahan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron pada rapat umum di depan Majelis Nasional (parlemen) di Kota Kuwait, pada 24 Oktober 2020. Diketahui beberapa negara di Timur Tengah mengecam komentar Presiden Emmanuel Macron yang dinilai mempertahankan pembuatan karikatur Nabi Muhammad sebagai bentuk kebebasan bicara. AFP

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Lima puluh koperasi di Kuwait dilaporkan mengosongkan aneka produk buatan Prancis di gerai mereka.

Aksi ini dilakukan sebagai protes atas penerbitan karikatur sekaligus komentar Macron yang dianggap mengejek Nabi Muhammad.

Laporan media Al Qabas, dikutip Kuwait Times, Sabtu (24/10/2020) menyebut bahwa pengosongan produk tersebut dilakukan setelah muncul seruan dari negara-negara Muslim di dunia.

Sebuah supermarket di Kuwait mengosongkan produk kosmetik L'Oreal dan perawatan kulit lainnya pasca-tuntutan dari serikat-koperasi yang menghentikan pengadaan produk-produk Prancis.

Seperti diketahui, sejumlah tren membanjiri kanal media sosial dalam bahasa Arab mengutuk Prancis dan produk-produknya.

Baca: Presiden Tayyip Erdogan: Kepada Semua Warga Negara, Jangan Beli Produk Buatan Prancis

YORDANIA - Seorang pembelanja berjalan melewati produk Prancis yang disegel di balik penutup plastik di rak di supermarket di ibu kota Yordania, Amman, selama boikot produk Prancis pada 26 Oktober 2020. Seruan untuk memboikot barang-barang Prancis berkembang di dunia Arab dan sekitarnya, setelah Presiden Emmanuel Macron mengkritik kaum Islamis dan bersumpah untuk tidak "melepaskan kartun" yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Komentar Macron muncul sebagai tanggapan atas pemenggalan kepala seorang guru, Samuel Paty, di luar sekolahnya di pinggiran kota di luar Paris awal bulan ini, setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW selama kelas yang dia pimpin tentang kebebasan berbicara. (Khalil MAZRAAWI / AFP)

Baca: Beredar Isu Provinsi Jawa Barat Diganti Jadi Provinsi Sunda, Wacana Disampaikan di Kongres Sunda

"Dimohon kepada pimpinan dan anggota koperasi untuk memboikot semua komoditas dan produk Prancis," tulis Serikat Koperasi dan Konsumen di Kuwait dalam sebuah surat edaran kepada para pimpinan Koperasi.

Kementerian Luar Negeri Kuwait menyatakan bahwa ada 'rasa kecewa yang luar biasa' atas publikasi kartun Nabi Muhammad di Prancis.

Mereka memperingatkan untuk tidak menebarkan 'kebencian, permusuhan, dan kekerasan'.

Baca: Surat Edaran Sudah Diteken Menaker, Upah Minimum 2021 Tidak Akan Mengalami Kenaikan

FOTO: Sebuah gambar menunjukkan rak supermarket yang kosong dari produk Prancis di Kota Kuwait pada 23 Oktober 2020, sebagai protes terhadap kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW yang diterbitkan di media Prancis. (YASSER AL-ZAYYAT / AFP)

Baca: Menyoal Proyek Jurassic Park, Pemerintah NTT: Nilai Ekonomi Masyarakat Daerah Naik

Seruan Boikot dari Turki

Pemimpin Turki Tayyip Erdogan meminta rekan politik dan warganya untuk berhenti membeli produk Prancis, Senin (26/10/2020).

Apa yang dikatakan Erdogan merupakan sebuah ekspresi kemarahan dari negara-negara Islam atas publikasi karikatur Nabi Muhammad.

Oleh sebagian kalangan, penggunaan karikatur tersebut dianggap bentuk hujatan.

Erdogan yang punya catatan buruk dengan Macron ini mengatakan Prancis memiliki agenda anti-Islam.

"Saya menyerukan kepada semua warga negara saya di sini untuk tidak pernah membeli merek dan produk Prancis," kata Erdogan.

Baca: Beredar Isu Provinsi Jawa Barat Diganti Jadi Provinsi Sunda, Wacana Disampaikan di Kongres Sunda

YORDANIA - Seorang pembelanja berjalan melewati produk Prancis yang disegel di balik penutup plastik di rak di supermarket di ibu kota Yordania, Amman, selama boikot produk Prancis pada 26 Oktober 2020. Seruan untuk memboikot barang-barang Prancis berkembang di dunia Arab dan sekitarnya, setelah Presiden Emmanuel Macron mengkritik kaum Islamis dan bersumpah untuk tidak "melepaskan kartun" yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Komentar Macron muncul sebagai tanggapan atas pemenggalan kepala seorang guru, Samuel Paty, di luar sekolahnya di pinggiran kota di luar Paris awal bulan ini, setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW selama kelas yang dia pimpin tentang kebebasan berbicara. (Khalil MAZRAAWI / AFP)

Baca: Menyoal Proyek Jurassic Park, Pemerintah NTT: Nilai Ekonomi Masyarakat Daerah Naik

Seperti diketahui, Presiden Turki ini pernah membuat seruan boikot serupa di masa lalu.

Termasuk seruan untuk tidak membeli barang elektronik buatan Amerika Serikat (AS) pada 2018 yang tidak jelas kelanjutannya.

Pada Senin (26/10), Erdogan bergabung dengan kelompoknya menyerukan pemboikotan produk.

Sebagai informasi, Prancis merupakan pengekspor utama biji-bijian ke Afrika Utara yang sebagian besar dihuni oleh penduduk Muslim.

Kemudian Prancis juga dikenal berkat sektor otomotifnya dan juga ritel yang memiliki pasar besar di negara-negara mayoritas Muslim.

Baca: UU Cipta Kerja: Dinanti Pengusaha, Ditolak Buruh

(FILES) Dalam foto file ini diambil pada 5 Januari 2018 Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjalan saat konferensi pers bersama di Istana Elysee di Paris. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Prancis pada 24 Oktober 2020, khususnya Emmanuel Macron, atas kebijakannya terhadap Muslim, dengan mengatakan bahwa dia membutuhkan "pemeriksaan mental." "Apa yang bisa dikatakan tentang seorang kepala negara yang memperlakukan jutaan anggota dari kelompok agama yang berbeda seperti ini: pertama-tama, lakukan pemeriksaan mental," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi. (LUDOVIC MARIN / POOL / AFP)

Baca: Tak Banyak yang Tahu, Ini Berbagai Kandungan dan Manfaat Daun Perilla untuk Kesehatan Tubuh

Menteri Perdagangan Prancis Franck Riester mengatakan masih terlalu dini untuk memperkirakan dampak dari seruan tersebut.

Namun, menurut Riester apabila itu terjadi dampaknya terbatas dan hanya akan memengaruhi ekspor pertanian.

Respons Negara Lain

Halaman
12


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Melia Istighfaroh

Berita Populer