Ratusan ribu dosis ini disebut-sebut merupakan jumlah seluruh produksi Gilead untuk bulan Juli, dan 90 persen untuk bulan Agustus dan September.
"Presiden Trump telah mencapai kesepakatan luar biasa untuk memastikan Amerika memiliki akses ke pengobatan resmi pertama untuk COVID-19."
"Sebisa mungkin kami ingin memastikan bahwa setiap pasien Amerika yang membutuhkan Remdesivir bisa mendapatkannya. Pemerintahan Trump telah melakukan segala upaya untuk mempelajari lebih lanjut tentang pengobatan COVID-19 dan mengamankan opsi ini (membeli Remdesivir) untuk rakyat Amerika," ungkap Sekretaris Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS), Alex Azar.
Langkah Trump untuk memborong remdesivir ini tak ayal mendapat kritikan dari sejumlah ahli.
Ohid Yaqub, seorang dosen senior di Universitas Sussex. menyebut langkah tersebut sebagai "berita mengecewakan".
Baca: Tuding China sebagai Penyebab Pendemi Covid-19, Donald Trump Bersumpah: Mereka Harus Bayar Akibatnya
"Ini sangat jelas menandakan keengganan untuk bekerja sama dengan negara lain dan efek dinginnya ini terhadap perjanjian internasional tentang hak kekayaan intelektual," kata Yaqub dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir oleh South China Morning Post.
Dr. Peter Horby, yang menjalankan uji coba klinis besar menguji beberapa perawatan untuk Covid-19, mengatakan kepada BBC bahwa "kerangka kerja yang lebih kuat" diperlukan untuk memastikan harga yang adil dan akses ke obat-obatan utama untuk orang dan negara di seluruh dunia.
Dia mengatakan bahwa sebagai perusahaan Amerika, Gilead kemungkinan berada di bawah tekanan politik tertentu secara lokal.
Sementara itu, Juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, James Slack, menolak untuk mengkritik Amerika Serikat atas tindakan tersebut.
Ia juga mengatakan Inggris memiliki persediaan remdesivir.
“Inggris telah menggunakan remdesivir untuk beberapa waktu, pertama dalam uji coba dan sekarang dalam 'Skema Akses Awal ke Obat-obatan',” katanya.