Covifor, Obat yang Dipakai Pasien Covid-19, Kini Turun Harga Jadi Rp 1,5 Juta per Botol

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi remdesivir yang digunakan sebagai obat Covid-19. PT Kalbe Farma siap memasarkan produk remdesivir bernama Covifor. Covifor akan dijual dengan harga Rp1,5 juta per botol.

Jadi produk Covifor tidak dijual bebas, hanya digunakan di rumah sakit dengan rekomendasi dan pengawasan dokter.

AS Dikecam karena borong pasokan remdesivir

Pakar kesehatan mengecam keputusan Amerika Serikat untuk memonopoli hampir seluruh pasokan global remdesivir, satu-satunya obat sejauh ini yang dilisensikan untuk mengobati Covid-19, Rabu (1/7/2020).

Mereka juga memperingatkan bahwa tindakan AS yang dinilai mementingkan diri sendiri ini bisa menjadi preseden berbahaya bagi upaya untuk berbagi pengobatan di tengah pandemi.

Sebelumnya, Pemerintah AS pada Selasa kemarin mengumumkan bahwa Presiden Donald Trump telah melakukan “kesepakatan luar biasa” untuk membeli obat tersebut untuk orang Amerika, yang diproduksi oleh Gilead Sciences.

Baca: Apakah Dexamethasone Bisa Mencegah dan Mengobati Covid-19? BPOM Memberi Penjelasan

Dilansir oleh The Guardian, pemerintahan Donald Trump kini telah membeli lebih dari 500 ribu dosis Remdesivir.

Ratusan ribu dosis ini disebut-sebut merupakan jumlah seluruh produksi Gilead untuk bulan Juli, dan 90 persen untuk bulan Agustus dan September.

"Presiden Trump telah mencapai kesepakatan luar biasa untuk memastikan Amerika memiliki akses ke pengobatan resmi pertama untuk COVID-19."

"Sebisa mungkin kami ingin memastikan bahwa setiap pasien Amerika yang membutuhkan Remdesivir bisa mendapatkannya. Pemerintahan Trump telah melakukan segala upaya untuk mempelajari lebih lanjut tentang pengobatan COVID-19 dan mengamankan opsi ini (membeli Remdesivir) untuk rakyat Amerika," ungkap Sekretaris Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS), Alex Azar.

Langkah Trump untuk memborong remdesivir ini tak ayal mendapat kritikan dari sejumlah ahli.

Ohid Yaqub, seorang dosen senior di Universitas Sussex. menyebut langkah tersebut sebagai "berita mengecewakan".

Baca: Daftar 5 Obat yang Diklaim Efektif Sembuhkan Pasien Covid-19, dari Dexamethasone hingga Avigan

"Ini sangat jelas menandakan keengganan untuk bekerja sama dengan negara lain dan efek dinginnya ini terhadap perjanjian internasional tentang hak kekayaan intelektual," kata Yaqub dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir oleh South China Morning Post.

Dr. Peter Horby, yang menjalankan uji coba klinis besar menguji beberapa perawatan untuk Covid-19, mengatakan kepada BBC bahwa "kerangka kerja yang lebih kuat" diperlukan untuk memastikan harga yang adil dan akses ke obat-obatan utama untuk orang dan negara di seluruh dunia.

Dia mengatakan bahwa sebagai perusahaan Amerika, Gilead kemungkinan berada di bawah tekanan politik tertentu secara lokal.

Sementara itu, Juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, James Slack, menolak untuk mengkritik Amerika Serikat atas tindakan tersebut.

Ia juga mengatakan Inggris memiliki persediaan remdesivir.

“Inggris telah menggunakan remdesivir untuk beberapa waktu, pertama dalam uji coba dan sekarang dalam 'Skema Akses Awal ke Obat-obatan',” katanya.

(Tribunnewswiki/Amy/Tyo/Kontan/Tendi Mahadi)

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul "Harga obat Covifor yang dipasarkan Kalbe Farma (KLBF) turun jadi Rp 1,5 juta per vial"



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer