Cerita Pengubur Jenazah Covid-19, Sedih Lihat Keluarga Pasien hingga Curhat Soal APD : Kami Ikhlas

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim pemakam jenazah dari BPBD Samarinda saat menguburkan salah satu jenazah Covid-19 di TPU Raudlatul Jannah, Jalan Serayu, Tanah Merah, Kota Samarinda, Kaltim, akhir September 2020.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kisah para petugas pengubur jenazah Covid-19, perjuangan di balik tidak nyamannya memakai APD hingga ada yang menangis lihat keluarga pasien.

Seperti halnya para tenaga kesehatan yang berupaya di balik pandemi Covid-19, para petugas pengantar dan pengubur jenazah Covid-19 juga berjuang tanpa lelah.

Mereka bekerja dalam diam, menjemput jenazah Covid-19 di ruang jenazah rumah sakit, membawanya ke TPU, hingga mengubur.

Berikut adalah kisah petugas pemakaman jenazah Covid-19 di Samarinda, Kalimantan Timur.

Mereka merupakan tim pegawai dan staf di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda yang ditugaskan mengurus jenazah Covid-19, berisi 10 orang.

Nusa Indah (43), menuturkan dirinya menjalani aktivitas tersebut dengan tulus.

“Kalau capek. Semua orang kerja pasti capek, apalagi kami. Tapi, kami menjalaninya dengan ikhlas, jadi enggak ada mengeluh,” ungkap Nusa kepada Kompas.com, Rabu (30/9/2020).

Justru yang dirasakan, kesedihan mendalam.

Sebab hampir setiap hari dia bersama rekannya mengubur jenazah dengan protokol Covid-19 tanpa henti.

“Tertinggi pernah sembilan jenazah kami kubur sehari. Kadang juga tidak ada. Tapi, kalau mau rata-rata, setiap hari bisa empat jenazah,” terang dia.

Baca: Pondok Pesantren di Banyumas Jadi Klaster Covid-19, 328 Santri Positif Terinfeksi Virus Corona

Nusa dan rekannya menunggu panggilan Dinas Kesehatan Kota Samarinda dan rumah sakit tempat pasien Covid-19 meninggal, dalam proses pengambilan jenazah Covid-19.

“Begitu ada panggilan, kami dari kantor sudah lengkap alat pelindung diri (APD),” jelas dia.

Tiba di lokasi jenazah Covid-19, Nusa bersama rekannya mendoakan sebentar, kemudian jenazah Covid-19 yang mau diangkat menuju ambulans biasanya sudah diatur rapi dalam peti.

“Kami tinggal angkat, naikin ke ambulans, terus bawa ke TPU Raudlatul Jannah, Tanah Merah,” jelas Nusa.

Hal tersebut merupakan alur ketika ada pasien positif Covid-19 yang meninggal dan dimakamkan menggunakan protokol.

“Kadang beriringan lima sampai enam mobil ambulans sekali jalan bawa jenazah. Sedih rasanya,” tutur Nusa.

Hingga Rabu (30/9/2020), jumlah kasus kematian karena Covid-19 di Samarinda mencapai 104 orang, terbesar kedua setelah Kota Balikpapan, yakni 175 orang.

Rasa panas dan gerah saat pakai APD

Tak ada yang dikeluhkan dari kegiatan itu, sebab tim Nusa selalu gerak cepat menunaikan tugasnya jika ada pasien positif Covid-19 meninggal.

“Hanya panas dan pengap saat kami pakai APD. Itu yang enggak tahan,” tutur Nusa.

Halaman
123


Penulis: Putradi Pamungkas

Berita Populer